SOLOPOS.COM - Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya (Facebook Yahya Cholil Staquf)

Solopos.com, JAKARTA -- Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya dijadwalkan hadir sebagai pembicara dalam Pertemuan Tingkat Tinggi Agama-agama Ibrahim atau Abrahamik di Vatikan pada 14-17 Januari 2020.

"Sebenarnya, ini undangan kedua ke Vatikan, sejak saya bertemu Paus September 2019. Oktober tahun lalu saya juga diundang ke Vatikan untuk mengikuti konvensi tentang euthanasia, tapi saya berhalangan hadir karena terikat tugas di Tanah Air," kata Gus Yahya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (13/1/2020).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia menjadi salah satu dari enam tokoh wakil dunia Islam yang diundang untuk memberikan kontribusi pemikiran tentang gerakan bersama untuk perdamaian dunia.

Pembina Pramuka Ajarkan Tepuk Kafir No di SD, Kwarcab Jogja Minta Maaf

Gus Yahya mengatakan undangan kali ini harus hadir karena agenda Vatikan kali ini luar biasa penting. Menurut dia, pertemuan kali ini diinisiasi oleh Multi-Faith Neighbours Network atau Jaringan Tetangga Antaragama.

"Tokoh-tokoh dari tiga agama Ibrahim [Islam, Kristen dan Yahudi] akan bertemu dan bermusyawarah untuk membangun gerakan bersama bagi perdamaian," kata Gus Yahya yang juga Duta Gerakan Pemuda Ansor untuk Dunia Islam.

Penyelenggara, kata dia, menyatakan bahwa partisipasinya dalam Pertemuan Tingkat Tinggi ini mutlak diperlukan. Pastor Bob Roberts atas nama Multi-Faith Neighbours Network menyebut reputasi baik dari Gus Yahya yang mendunia dalam humanitarian Islam.

Janji Istri Muda untuk Eksekutor Pembunuhan Hakim Jamaluddin: Umrah Gratis!

Katib Aam PBNU itu menjelaskan pada hakikatnya agama diturunkan sebagai anugerah Tuhan untuk menolong umat manusia dalam mencari jalan keluar dari masalah-masalah mereka.

Namun, lanjut dia, karena kelemahan dalam sifat dasar manusia, agama dalam perjalanan sejarahnya kemudian direduksi oleh para pemeluknya menjadi sekadar identitas kelompok dan dijadikan alasan untuk bersaing dan bertarung melawan kelompok yang dianggap berbeda identitasnya.

"Pada titik itulah, agama menjadi sumber konflik. Sebab itu, kita harus memerdekakan agama dari jerat posisi sebagai sumber masalah dan mengembalikannya kepada tujuan hakiki sebagai landasan untuk memecahkan masalah," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya