SOLOPOS.COM - Tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Ahmad Mustofa Bisri, atau Gus Mus, saat mengisi Khotmil Qur’an dan Pengajian Akbar Pondok Pesantren Tahfidz wa Ta’limil Quran dan Jamuro Solo di Masjid Agung, Minggu (29/11/2015) malam. (Ika Yuniati/JIBI/Solopos)

Tokoh NU Gus Mus mengingatkan soal anti Sara

Solopos.com, SOLO- Tokoh agama Nahdlatul Ulama (NU), Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus menegaskan bahwa perintah untuk menghindari isu Suku, Agama dan Ras (Sara) jangan sekadar seruan. Hal itu menanggapi deklarasi damai nasional menjelang Pilkada serentak bersama sejumlah tokoh agama di Indonesia beberapa waktu lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di sela-sela Khotmil Qur’an dan Pengajian Akbar Pondok Pesantren Tahfidz wa Ta’limil Quran dan Jamuro Solo di Masjid Agung, Minggu, Minggu (29/11/2015), Gus Mus, mengatakan para tokoh agama, utamanya Agama Islam harus memberikan arahan jelas bagaimana merealisaikan arahan tersebut. Terutama menjelang Pilkada yang biasanya rentan dengan perpecahan demi mendapatkan dukungan politik.

Gus Mus, mengatakan perdamaian antar umat beragama harus diwujudkan setiap saat, bukan hanya menjelang Pilkada. Tak hanya tokoh agama, ia, menjelaskan bahwa semangat mewujudkan perdamaian di Indonesia merupakan tugas semua umat. Masing-masing harus menyadari kewajiban tersebut. “Isu Sara itu salah satu yang harus kita lakukan kalau ingin damai. Seruan menghindari isu itu juga tidak hanya saat Pilkada tetapi dilakukan setiap saat,” katanya.

Salah satu caranya, lanjut Gusmus, ialah dengan belajar dengan baik soal agama. Umat Islam, lanjutnya, harus paham Agama Islam dengan belajar mengaji dan mengkaji Alquran agar tidak mudah terpengaruh isu Sara atau isu lain yang membahayakan agamanya. Pemahaman Alquran ini sangat penting untuk menangkal perilaku menyimpang yang akhirnya bisa merugikan bangsa dan negara.

Ia menilai sekarang ini banyak orang yang mengklaim beragama Islam tapi justru menjadi sumber perpecahan dan tindak pelanggaran seperti korupsi. “Mereka itu yang tidak mau memahami Alquran. Jangan sampai orang Islam malah jadi lawan Islam, Indonesia jadi lawan Indonesia. Islam nggak paham Islam, Indonesia nggak paham Indonesia,” tambahnya.

Selanjutnya, ia, meminta umat Islam saling mengingatkan dan tidak mudah menghakimi orang lain. Kaum muslim memiliki kewajiban untuk saling mengingatkan dalam hal kebaikan. Jika ada yang melakukan kesalahan jangan dimusuhi apalagi dituding sesat atau kafir karena penilaian itu haknya Allah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya