SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekerasan pada anak. (Freepik).

Solopos.com, BOYOLALI — Kasus kekerasan di sekolah yakni guru tampar murid di SMP N 1 Sawit Boyolali menjadi preseden buruk bagi  dunia pendidikan di Boyolali.

Apalagi hal tersebut terjadi di tengah kampanye sekolah ramah anak yang gencar dilakukan Pemkab Boyolali.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebelumnya, Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (P2KBP3A) Kabupaten Boyolali, Dinuk Prabandini, pada Kamis (15/6/2022) lalu mengatakan ada beberapa korban kekerasan anak di instansi pendidikan Boyolali.

Salah satu upaya mencegah kasus kekerasan anak di instansi pendidikan yakni setiap sekolah diminta mendeklarasikan diri sebagai Sekolah Ramah Anak.

Dalam pelaksanaannya, tentu memerlukan dukungan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Baca juga: Diduga Jadi Korban Perundungan, Seorang Siswa di Wonogiri Trauma

“OPD yang melakukan pencegahan ya, harapan ya jangan ada terkait bullying, ini salah satu komitmen Sekolah Ramah Anak ini kan jangan sampai terjadi di sekolah termasuk perundungan, bullying antar siswa itu dicegah,” kata Prabandini saat diwawancara kala itu.

Dari adanya deklarasi tersebut, ada beberapa komitmen bagi sekolah yang wajib dilaksanakan.

Prabandini mengatakan satuan pendidikan di lingkungan sekolah masing-masing wajib melakukan pemenuhan hak anak dan perlindungan anak di lingkungan pendidikan, tidak ada diskriminasi, dan melibatkan siswa untuk berpartisipasi.

“Sekarang semua satuan pendidikan di Kabupaten Boyolali khususnya, harus melakukan sistem ajar mengajar sekolah ramah anak ini” kata Prabandini.

“Tadi sudah disampaikan juga terkait deklarasinya sudah dibacakan. Bahwa deklarasi ini untuk komitmen sekolah yang bersangkutan untuk melakukan pemenuhan hak anak dan perlindungan anak di satuan pendidikan masing-masing,” tambahnya.

Baca juga: Guru Tampar Murid di Boyolali: Pelaku Berstatus PNS yang akan Pensiun Juli 2023

Prabandini menjelaskan Deklarasi Sekolah Ramah Anak rencananya dilakukan oleh 27 sekolah di Boyolali. “Rencananya ada 27 sekolah yang akan dideklarasikan, sampai dengan saat ini sekitar 10,” katanya saat diwawancara pertengahan Juni lalu.

Direktur Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK) Iwan Setiyoko saat diwawancara, Kamis (11/3/2022), menyebut kekerasan anak di dunia pendidikan dari waktu ke waktu masih sering terjadi.

Pada April 2022, YSKK mendukung implementasi PAUD ramah Anak di Sukoharjo yang melibatkan 264 lembaga. Hal sebagai upaya pencegahan kekerasan terhadap anak sejak sedini mungkin.

Dari riset yang dilakukan, Iwan mengatakan sebanyak 62,8% lembaga belum memiliki komitmen tertulis pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap anak.

Baca juga: Kronologi Guru Tampar Murid di SMP Boyolali, Berawal dari Es Teh Tumpah

Selanjutnya, sebanyak 45,8% pendidik belum pernah mendapatkan pelatihan (penguatan pemahaman) terkait Konvensi Hak Anak dan Disiplin Positif dalam proses pembelajaran.

Sementara,  53,8% komite/paguyuban orang tua belum memiliki program yang mendukung pengembangan PAUD Ramah Anak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya