Solopos.com, SOLO -- Larangan mudik yang sudah ditetapkan pemerintah beberapa waktu lalu menuai pro dan kontra.
Meski begitu, keputusan pemerintah dinilai tepat oleh Guru Besar dari Universitas Indonesia (UI), Prof Hasbullah Thabrany. Dia mengatakan mudik berpotensi menciptakan kerumunan, baik di perjalanan maupun di kampung halaman.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Baca Juga: Dinkes Boyolali Tak Paksakan Jika Warga Keberatan Vaksinasi Covid-19 Saat Puasa
Jika mudik dipaksakan, bisa-bisa terjadi lonjakan kasus baru seperti di momen libur panjang akhir tahun.
"Ini kalau tidak dikendalikan akan menimbulkan kasus baru," terang dia dalam rilis tertulisnya yang diterima Solopos.com pada Kamis (15/4/2021).
Baca Juga: Alhamdulillah, Jogja Tak Dilewati Bibit Siklon Tropis 94W
Menurutnya, mudik bisa digantikan dengan silaturahmi secara daring, baik melalui sambungan telepon atau video call.
Pada kesempatan itu pula, larangan mudik yang dianggap bisa mematikan ekonomi adalah hal yang salah.
Baca Juga: MU Lolos ke Semifinal Liga Europa Seusai Berbesar Agregat atas Granada
Pasalnya, Thabrany menjelaskan banyak hal lain yang bisa dilakukan selain mudik. Misalkan, ongkos mudik yang nilainya tidak sedikit bisa dialihkan untuk investasi di darah. Ongkos mudik sekeluarga itu tidak murah, bahkan mungkin bisa untuk membeli sebidang tanah di daerah.
"Jadi ongkos mudik bisa digunakan hal yang lebih produktif," tambah dia.
Baca Juga: Motor, Kulkas, Hingga Sepeda, Puluhan Hadiah Dibagikan Pada Undian PBB Solo
Sebaliknya, jika muncul lonjakan kasus baru karena memaksakan mudik justru akan menyebabkan pemerintah mau tidak mau akan melakukan pengetatan lagi yang menyebabkan juga orang makin tidak bergerak ekonomi juga tak bergerak. Sehingga jangka panjangnya, kalau
tidak dilarang mudik justru dampak pertumbuhan ekonomi akan lebih besar.
"Karena lonjakan kasus baru akan menimbulkan reaksi ketakutan baru. Ekonomi melambat juga," beber dia.
Baca Juga: 5 Macam Jenis Sate yang Ada di Solo, Nomor 4 Pasti Baru Tahu Ya?