SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SUKOHARJO-</strong>-Pemerintah Desa Gupit, Kecamatan Nguter, Kabupaten <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180426/490/912876/kecelakaan-sukoharjo-pergi-beli-lauk-pauk-pulang-nabrak-truk">Sukoharjo</a> dicanangkan menjadi kampung tanaman obat keluarga (toga) oleh Ketua Tim Penggerak PKK Sukoharjo, Etik Suryani, Senin (30/4/2018). Pencanangan ditandai dengan pengguntingan pita berbahan empon-empon dan peninjauan Taman Gujati 59.</p><p>Etik mengingatkan agar warga Sukoharjo memanfaatkan lahan pekarangan dengan tanaman Toga yang bisa dikonsumsi pribadi. Ia menyatakan Sukoharjo sudah dikenal dengan sebutan Kabupaten Jamu.</p><p>&ldquo;Banyak penjual jamu gendong di perantauan berasal dari <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180419/490/911287/bpk-audit-bantuan-keuangan-90-kelompok-masyarakat-sukoharjo">Sukoharjo</a>. Awalnya penjual jamu akan mengaku berasal dari Solo tetapi jika ditelisik akhirnya mengaku berasal dari Nguter, Sukoharjo. Kabupaten Jamu memang sudah dikenal dan banyak bakul jamu asal Sukoharjo berjualan di Kalimantan, Papua dan sebagainya,&rdquo; ujar Etik.</p><p>Dia mengapresiasi langkah Gujati 59 yang memelopori Kampung Toga Desa Gupit. Etik meminta Gujati membuat poliklinik agar pemanfaatan herbal atau jamu lebih komplet.</p><p>&ldquo;Gujati telah memiliki sejumlah 200 aneka tanaman bahan baku jamu. Kami berharap koleksi tanaman bertambah. Kami juga memiliki ide di Sukoharjo ada pabrik, ada taman toga dan poliklinik toga. Ternyata Gujati sudah memiliki pabrik dan taman sehingga kurang poliklinik seperti di Tawangmangu.&rdquo;</p><p>Lebih lanjut Etik mengakui masyarakat masih percaya kepada obat berbahan kimia dibanding jamu. Ia meminta pola pikir tersebut diubah karena meminum jamu memiliki efek samping kecil tetapi membantu proses penyembuhan maupun menghambat penyakit secara luar biasa.</p><p>&ldquo;Pembuatan kampung toga jangan hanya berhenti di sini [Gupit] dan silahkan diimplementasikan ke rumah masing-masing. Manfaatkan halaman kecil menanam toga, baik di pot atau polybag kerja sama dengan Gujati,&rdquo; kata dia.</p><p>Kepala Desa Gupit, Bibit Riyanto, mengatakan kampung toga dirintis tahun ini untuk memberdayakan halaman rumah warga. Menurutnya, pemanfaatan lahan pekarangan rumah memiliki keuntungan ganda. Hasil toga bisa dimanfaatkan untuk menambah income warga dan kebutuhan obat sudah tersedia secara mandiri. &ldquo;Sisi kanan-kiri jalan kampung diberi pot dan polybag dengan toga ataupun tanaman kebutuhan dapur, seperti tomat, selada dan sebagainya,&rdquo; katanya.</p><p>Sebelum peresmian, Dirut Gujati 59, Agung Shusena menjelaskan tentang profil pabriknya.</p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ekspedisi Mudik 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya