SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

GUNUNGKIDUL—Di Kabupaten Gunungkidul, fenomena orang gila yang kleleran di pinggir jalan kerap ditemui. Disinyalir, kabupaten ini menjadi tempat pembuangan orang gila wilayah lain.

Hal ini diakui oleh Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Gunungkidul, Budi Santoso. Menurutnya sejumlah pihak secara sengaja membuang orang-orang sakit jiwa di kawasan Hutan Wanagama Playen dan Hutan Bunder Patuk.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Di kedua kawasan hutan itu, pasti ada dua atau tiga orang yang kleleran dan berganti-ganti tiap pekan. Pembuangan itu, menurut Budi dilakukan dinihari sehingga tak diketahui masyarakat sekitar.

“Menurut informasi mereka membuang itu tidak menggunakan plat merah [dinas dari daerah lain] tetapi menggunakan mobil pribadi dan itu memang kenyataan yang tidak bisa dipungkiri,” terangnya pada Harian Jogja, Jumat (30/9).

Selain kedua lokasi itu, lanjutnya, terdapat beberapa titik lokasi perbatasan yang kerap menjadi tempat pembuangan seperti kawasan Alas Bawon Kecamatan Semin, Perbatasan Kecamatan Rongkop-Wonogiri, serta Hutan Sodong Kecamatan Paliyan.

Ia menambahkan kenyataan saling oper orang gila dari satu tempat ke tempat lainnya memang sudah menjadi rahasia umum. Terutama saat sejumlah daerah yang akan menggelar event besar yang secara terpaksa ‘membuang’ mereka.

“Biasanya kalau ada event seperti penerimaan Adipura itu biasanya selalu ditertibkan intinya di ambil dari kawasan itu agar tidak menganggu,” imbuhnya.

Mengurus persoalan orang gila diakui Budi memang kian kompleks pasalnya jumlahnya secara fisik berada di sekitar jalan raya di Gunungkidul setiap hari selalu ada. Satu hal yang menjadi kendala utama, kata Budi, yakni ketiadaan penampungan di setiap Kabupaten.

Di lingkup Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sendiri hanya ada Rumah Sakit Ghrasia Pakem, Sleman yang menjadi penampungan, itupun tempatnya sangat terbatas. Maka tak heran jika, aksi saling oper orang gila dari satu kabupaten ke lainnya. “Idealnya memang setiap kabupaten memiliki penampungan. Saat kita mengambil hanya bisa menyerahkan ke provinsi,” ujarnya.

Secara terpisah Kasi Sosial, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Gunungkidul, Irvan Ratnadi mengakui jika sejumlah kawasan hutan di Gunungkidul kerap menjadi tempat pembuangan. Pihaknya baru bisa bertindak jika Satpol PP melakukan penertiban. Meski demikian kendala yang sama juga ditemukan yakni ketiadaan tempat penampungan.

“Sebenarnya memang bukan Dinsos sendiri menangani persoalan itu, seharusnya pihak kesehatan yang menangani terlebih dahulu setelah Satpol PP, baru kemudian kami [Dinsos] melakukan pembinaan untuk bisa dikembalikan ke masyarakat,” terangnya.

Pemasungan
Gunungkidul juga tak hanya memiliki persoalan orang gila yang kleleran di jalan saja, tapi di tiap kampung. Di Desa Balong Kecamatan Girisubo misalnya terdapat tiga orang dipasung karena sudah meresahkan masyarakat.

Aksi pemasungan itu dilakukan karena keluarga sudah tidak mampu membiayai pengobatan, sedangkan pemerintah sendiri belum merespon secara maksimal terutama memberikan perhatian soal penampungan.

Kepala Desa Balong, Sayat kepada Harian Jogja, belum lama ini menjelaskan ketiga warganya yang dipasung yaitu Sutarjo, 50, dan Sanusi, 45, keduanya warga Dusun Ngelo II serta Ngateman, 39 warga Dusun Tiji desa setempat. Ketiganya cacat mental dalam waktu yang berbeda, Sutarjo yang juga mantan guru salah satu sekolah di luar jawa dipasung sejak lima tahun lalu, Sanusi sudah sejak 20 tahun silam dipasung, sedang Ngateman dipasung baru sekitar lima tahun.

“Atas kesepakatan warga kemudian dipasung karena tindakannya dikhawatirkan menganggu warga karena memang sudah ada yang hiperaktif,” terang Sayat.

Guna merespon persoalan Psikososial itu, Direktur RSUD Wonosari Isti Indiyani mengatakan pihaknya tahun ini akan membuka poli empati. “Dalam poli empati ini korban atau pasien akan kami beri Voluntary Counseling Test (VCT). Poli ini arahnya bukan profit, namanya juga psikososial, maka lebih ke sosial juga,” imbuhnya. Dalam upaya penanganan kasus psikososial ini, RSUD Wonosari menggandeng RS Grahasia Pakem.(Harian Jogja/Sunartono)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya