SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, PURWOKERTO — Gunung Slamet di Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, Jawa Tengah, mengalami perubahan sifat aktivitas. Hal itu diungkapkan Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Surono.

“Perubahan sifat saja, bukan ancamannya. Hal demikian wajar-wajar saja bagi gunung api,” katanya kepada Antara, Sabtu (16/8/2014).

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Kendati demikian, ia mengatakan yang penting adalah bagaimana ancaman bahaya terhadap masyarakat di sekitarnya. Menurut dia, hingga kini, meskipun suara dentuman dan gemuruh masih ada, dan sering terdengar, radius bahaya siaga Gunung Slamet tetap dalam 4 km dari puncak.

Ekspedisi Mudik 2024

“Saat ini Gunung Slamet seperti anjing golden, gonggongannya mengaum besar dan nyaring serta tongtongannya gede, tapi cerdas, baik, dan tidak menggigit. Tentunya bila semua respek terhadap Gunung Slamet, tidak masuk radius empat kilometer dari puncak Slamet,” kata pria yang akrab dipanggil Mbah Rono itu.

Lebih lanjut mengenai perubahan sifat, dia mengatakan hal itu juga terjadi pada Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut Surono, Merapi sebelum 2010 sifatnya selalu tumbuh kubah lava. Dalam hal ini, kata dia, kubah Merapi yang semakin besar akan gugur, diikuti guguran awan panas. “Dunia menyebutnya erupsi tipe Merapi,” katanya.

Akan tetapi setelah 2010, kata dia, Gunung Merapi berubah ciri atau tipe letusannya yang eksplosif diikuti letusan awan panas. Ia mengatakan dalam kurun lebih dari 100 tahun, ciri letusan Gunung Kelud singkat dan dahsyat. Namun pada 2007 berubah total, hanya membentuk kubah lava. Selanjutnya pada 2014, kata dia, Gunung Kelud kembali ke ciri aslinya dengan letusan dahsyat dan singkat dengan abu nyaris menutupi Pulau Jawa.

“Itulah alam, memainkan lakon secara jujur, bergantung pada proses saat ini, tidak harus sama dengan masa lalunya,” kata dia menegaskan.

56 kali dentuman

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Pemalang, pada hari Jumat (15/8/2014), pukul 18.00-00.00 WIB, terdengar 56 kali suara dentuman sedang hingga kuat. Terdengar 26 kali suara gemuruh sedang hingga kuat dan 44 kali sinar api dengan tinggi 100-600 meter dari puncak Gunung Slamet. Selain itu, tercatat 28 kali gempa letusan dan 92 kali gempa embusan.

Pada Sabtu (16/8/2014), pukul 00.00-06.00 WIB, terjadi 9 kali letusan abu setinggi 200-400 meter. Selain itu, terdengar 21 kali suara dentuman, 71 kali suara gemuruh, dan 70 kali sinar api setinggi 50-500 meter. Sedangkan kegempaan tercatat 34 kali gempa letusan dan 108 kali gempa embusan.

“Aktivitas Gunung Slamet masih tetap dengan status Siaga, masyarakat agar tidak beraktivitas dalam radius empat kilometer dari puncak Gunung Slamet. Di luar radius tersebut, masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa,” kata Surono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya