SOLOPOS.COM - Pemandangan Bukit Kars area Geopark Gunung Seribu, Wonogiri (Mariyana Ricky/JIBI/Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI — Gunung Sewu yang membentang di tiga daerah, yakni Gunungkidul (DIY), Wonogiri (Jawa Tengah), serta Pacitan (Jawa Timur) tetap menjadi geopark atau taman bumi dunia.

Hal itu tak terlepas dari upaya ketiga pemerintah kabupaten dalam menjalankan tiga program utama, yakni konservasi, edukasi, dan pengembangan ekonomi lokal.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Informasi yang dihimpun di Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (DKOP) Wonogiri, United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menyatakan Gunung Sewu tetap sebagai geopark pada sebuah pertemuan di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), September lalu.

Pada kesempatan itu, UNESCO menyatakan Gunung Sewu mendapatkan green card atau kartu hijau yang berarti pemerintah di daerah tempat Gunung Sewu berada menjalankan rekomendasi yang diberikan. Sebelumnya, asesor dari UNESCO merevalidasi 24 Juli lalu. Revalidasi dilakukan empat tahun sekali. Empat tahun sebelumnya Gunung Sewu menyandang status sebagai geopark.

Kepala DKOP Wonogiri, Sentot Sujarwoko, saat ditemui di kantornya, , Senin (25/11/2019), menyampaikan kartu hijau itu diberikan bukan untuk geopark di salah satu daerah tetapi satu kesatuan Gunung Sewu.

Selama ini Pemkab Wonogiri, Pacitan, dan Gunung Kidul bersinergi menjalankan tiga program utama. Masing-masing daerah melaksanakan kegiatan berbeda sesuai potensi yang dimiliki. Sentot menyebut Pemkab Wonogiri melaksanakan setiap program secara konsisten.

Program edukasi dilaksanakan dengan memberi pembekalan kepada para guru ihwal geopark Gunung Suwu khususnya yang membentang di Kota Sukses. Selanjutnya mereka diwajibkan mengaktualisasikan pemahaman yang didapat dalam pembelajaran. DKOP juga mendorong sekolah membawa siswa ke Museum Karst atau ke geosite atau situs geologi di geopark.

“Konservasi kami gaungkan melalui sarana seni budaya. Setiap setahun sekali kami menggelar festival geopark dengan menampilkan seni budaya yang didalamnya membawa pesan untuk selalu menjaga, melindungi, dan melestarikan lingkungan, khususnya di kawasan geopark. Kami juga mengenalkan geopark kepada masyarakat melalui olahraga gowe susur Bengawan Solo purba, dan sebagainya,” kata Sentot.

Kegiatan edukasi dan konservasi otomatis menggerakkan ekonomi warga sekitar. Tak sedikit yang membuka usaha di dekat Museum Karst, karena tingkat kunjungannya cukup tinggi. Warga juga membuka usaha selama digelar kegiatan tahunan, seperti festival geopark.

“Orang berpandangan geopark adalah tempat wisata, sebenarnya bukan. Namun, keduanya saling terkait. Geopark lebih pada tempat belajar,” imbuh Sentot.

Sebelumnya, dua asesor dari UNESCO merevalidasi status geopark Gunung Sewu di Wonogiri, Pacitan, dan Gunung Kidul. Mereka meliputi Arthur Agostinno De Abreu E Sa dan Javier Lopes Caballero.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya