Solopos.com, LUMAJANG — Gunung Semeru sedang bergejolak meski statusnya saat ini berada di level II waspada. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui akun Twitter @PVMBG_ menjelaskan status Gunung Semeru di level waspada terjadi sejak Mei 2012.
Lebih lanjut PVMBG mengatakan hampir setiap hari ada letusan atau erupsi dengan jumlah rata-rata 25 kejadian di Gunung Semeru. Aktivitas vulkanik gunung api tertinggi di Pulau Jawa itu pun selalu diinformasikan secara berkala melalui Whatsapp Grup yang terdiri dari unsur masyarakat, Pemda, BPBD, relawan, dan instansi terkait lainnya.
Promosi Makin Lengkap, Begini Cara Investasi Emas lewat BRImo
Pada Kamis (2/12/2021), PVMBG sudah mengeluarkan peringatan agar masyarakat tidak beraktivitas di sekitar Besuk Kobokan, Bessuk Kembar, Besuk Bang, dan Besuk sarat. Peringatan itu dibuat untuk mengantisipasi kejadian guguran atau awan panas guguran di Gunung Semeru.
Baca juga: Cerita Kampung Renteng Jadi Lautan Debu, Tertimbun Abu Gunung Semeru
Meski aktivitas vulkaniknya rendah, Gunung Semeru mengalami erupsi besar pada Sabtu (4/12/2021) sekitar pukul 15.00 WIB. Akibat erupsi tersebut, ratusan warga di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, harus mengungsi karena tempat tinggal mereka terdampak hujan abu dan lahar dingin.
Berdasarkan data BPBD Kabupaten Lumajang, sebaran awan panas guguran Gunung Semeru berdampak pada delapan kecamatan. Sejumlah rumah warga tertutup material abu vulkanik.
Baca juga: Misteri Gunung Semeru: Paku Bumi Jawa Ditancapkan Para Dewa
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letnan Jenderal TNI Suharyanto, mengatakan erupsi Gunung Semeru menyebabkan 13 orang meninggal dunia. Sementara puluhan orang yang terlika saat ini menjalani perawatan di sejumlah fasilitas kesehatan.
Sampai saat ini pihak BPBD Lumajang dan tim gabungan masih berupaya mengevakuasi warga terdampak letusan Gunung Semeru. Sampai saat ini tercatat setidaknya 902 warga mengungsi akibat bencana alam tersebut.