Solopos.com, MAGELANG — Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, memastikan meski perut Gunung Merapi bengkak, kondisi saat ini masih aman.
Pembengkakan pada bagian perut Merapi itu karena adanya kandungan magma yang berlimpah. Dalam sehari pembengkakan Gunung Merapi terpantau 0,5 sentimeter (cm). Hingga saat ini, pembengkakan mencapai 14 cm.
Promosi BRI Siapkan Uang Tunai Rp34 Triliun pada Periode Libur Lebaran 2024
“Pembengkakan perut Merapi terjadi rata-rata 0,5 cm per hari. Kategori ini masih cukup aman. Sejak 22 Juni sampai sekarang pembengkakan terjadi hanya 14 cm,” ujar petugas pos pantau Gunung Merapi di Babadan, Magelang, Yulianto, Kamis (16/7/2020).
Ini Situs Belanja Online Terfavorit Masyarakat Indonesia, Cowok Punya Pilihan Sendiri
Yulianto menegaskan kondisi saat ini masih terbilang aman. Ia membandingkan dengan fenomena yang sama pada tahun 2006 silam saat Merapi erupsi cukup dahsyat. Kala itu pembengkakan perut Merapi berkisar tiga meter per hari.
Ganjar Pranowo berharap meski kondisi Gunung Merapi bengkak, situasi tetap terkendali. Ia meminta petugas pengamatan selalu aktif menginformasikan tentang kondisi terkini Merapi.
“Insya Allah masih aman, tapi statusnya tetap waspada. Kalau melihat pergerakannya sejak 22 Juni sampai sekarang hanya 14 cm. Dan itu kategori masih aman karena teman-teman pos pengamatan selalu aktif, termasuk yang di Babadan ini,” kata Ganjar.
PLN Solo Beri Diskon Tambah Daya Listrik Hanya Rp170.845, Ini Syaratnya
BPBD Jateng Telah Menyiapkan Langkah Antisipasi
Meski begitu, pihaknya tetap melakukan antisipasi-antisipasi apabila terjadi erupsi mengingat saat ini Gunung Merapi bengkak hingga 14 cm. Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, pun sudah menyiapkan berbagai hal dengan baik.
“BPBD sudah siapkan antisipasi-antisipasinya. Di sini, ada juga keluarga kembar yang disiapkan. Jadi kalau terjadi bencana, bisa mengungsi di tempat keluarganya itu. Tapi saya pesankan agar protokol kesehatannya dijaga, karena sekarang sedang ada Covid-19,” terang dia.
Kasus Covid-19 Indonesia Terparah di Asia Tenggara
Menurut dia, sejumlah simulasi juga sudah dilakukan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan seiring fenomena Gunung Merapi bengkak. Semua kekuatan baik TNI/Polri, Tagana, SAR, kepala desa, maupun masyarakat sudah melakukan simulasi penanganan.
“Bahkan kami lebih lengkap lagi soal pelatihannya. Selain untuk menyelamatkan nyawa orangnya, tapi juga hewan ternaknya. Kalau hewan ternak tidak difasilitasi, orang di pengungsian masih teringat hewan ternak dan mencuri waktu untuk pulang. Ini bahaya,” tegas Ganjar.