SOLOPOS.COM - Penampakan awan topi di puncak Gunung Merapi, Kamis (5/11/2020). (Twitter/@VolcanoYTz)

Solopos.com, SLEMAN -- Status Gunung Merapi dinaikkan dari level waspada menjadi siaga. Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) meminta warga waspada dengan peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi.

"Aktivitas vulkanik saat ini dapat berlanjut ke erupsi yang membahayakan penduduk. Sehubungan dengan hal tersebut maka status aktivitas G. Merapi ditingkatkan dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III) berlaku mulai tanggal 5 November 2020 pukul 12.00 WIB," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida, Kamis (5/11/2020).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Detikcom melaporkan Gunung Merapi berstatus waspada sejak 21 Mei 2018. Peningkatan status ke level siaga ditetapkan hari ini pada pukul 12.00 WIB.

Wow! Awan Topi Juga Muncul di Puncak Merapi, Terpantau di Boyolali-Klaten

Hanik menjelaskan pascaerupsi besar 2010, Merapi mengalami erupsi magmatis kembali pada 11 Agustus 2018 yang berlangsung sampai bulan September 2019.

Seiring dengan berhentinya ekstrusi magma, Merapi kembali memasuki fase intrusi magma baru yang ditandai dengan peningkatan gempa vulkanik dalam (VA) dan rangkaian letusan eksplosif sampai dengan 21 Juni 2020.

"Aktivitas vulkanik terus meningkat hingga saat ini," ucap Hanik dalam keterangannya.

Kalau Merapi Meletus, Warga Telogolele Boyolali Diminta Mengungsi ke Mertoyudan Magelang

Lebih lanjut, Hanik menjelaskan kronologi data hasil pemantauan aktivitas vulkanik, yaitu pertama setelah letusan eksplosif 21 Juni 2020, kegempaan internal yaitu VA, vulkanik dangkal (VB) dan fase banyak (MP) mulai meningkat.

Sebagai perbandingan, pada bulan Mei 2020 gempa VA dan VB tidak terjadi, dan gempa MP terjadi 174 kali. Pada bulan Juli 2020 terjadi gempa VA 6 kali, VB 33 kali, dan MP 339 kali.

Pemendekan Jarak Terus Berlangsung

Kemudian Terjadi pemendekan jarak baseline EDM (Electronic Distance Measurement) sektor Barat Laut Babadan-RB1 (selanjutnya disingkat EDM Babadan) sebesar 4 cm sesaat setelah terjadi letusan eksplosif 21 Juni 2020.

Setelah itu pemendekan jarak terus berlangsung dengan laju sekitar 3 mm/hari sampai September 2020. Sejak bulan Oktober 2020 kegempaan meningkat semakin intensif.

Kemudian, pada 4 November 2020 rata-rata gempa VB 29 kali/hari, MP 272 kali/hari, guguran (RF) 57 kali/hari, hembusan (DG) 64 kali/hari.

Awan Topi Muncul di Puncak Lawu, BMKG: Awas Turbulensi!

Laju pemendekan EDM Babadan mencapai 11 cm/hari. Energi kumulatif gempa (VT dan MP) dalam setahun sebesar 58 GJ.

Kondisi data pemantauan di atas sudah melampaui kondisi menjelang munculnya kubah lava 26 April 2006, tetapi masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi sebelum erupsi 2010.

Dia menjelaskan berdasarkan pemantauan udara tidak ada kubah lava baru di Gunung Merapi. Sampai saat ini kegempaan dan deformasi masih terus meningkat, BPPTKG pun memberikan peringatan lontaran awan panas bisa sejauh 5 kilometer.

"Berdasarkan pengamatan morfologi kawah Merapi dengan metode foto udara (Drone) pada tanggal 3 November 2020 belum terlihat adanya kubah lava baru," jelas Hanik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya