SOLOPOS.COM - Truk melintas di jalur evakuasi di depan Pesanggrahan PB X, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten, Rabu (15/7/2020). (Solopos-Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Kondisi Gunung Merapi yang diinformasikan menggembung seakan tak memengaruhi aktivitas warga yang tinggal di lerengnya, dalam hal ini di wilayah Kecamatan Kemalang, Klaten.

Warga di lereng Merapi wilayah Klaten masih beraktivitas seperti biasa namun tetap waspada mengantisipasi terjadinya erupsi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seperti salah satu warga lereng Merapi, Sri Murtini, 40, yang berdomisili di Dukuh Deles, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten. Ibu empat anak itu tinggal di perkampungan yang berjarak sekitar 4 km hingga 5 km dari puncak Merapi.

Sri Murtini tetap tenang menjalankan aktivitas seperti berkebun serta mencari rumput untuk pakan ternak. Jauh hari sebelum Gunung Merapi dikabarkan mengalami penggembungan pada tubuhnya, Sri Murtini dan warga lainnya sudah terbiasa melakukan kesiapsiagaan.

Ekspedisi Mudik 2024

Rp14 Miliar dari Umbul Ponggok Klaten Sirna Gegara Pandemi Covid-19

Terlebih ketika status aktivitas Merapi meningkat dari level normal ke waspada pada 21 Mei 2018. Aktivitas berkebun atau mencari rumput tak dilakukan pada kawasan dengan radius 3 km dari puncak Merapi sesuai rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.

Ketika berkebun atau mencari rumput, warga sesekali menengok puncak gunung. Ketika puncak Merapi berkabut, warga memasang telinga sembari terus melakukan aktivitas mereka.

“Biasanya kan kalau mencari rumput atau di kebun menunduk terus. Kalau sekarang sesekali melihat puncak gunung. Terkadang ada kabut dan puncak tidak terlihat. Biasanya mendengarkan kalau ada suara gemuruh atau bunyi kentungan,” kata Sri Murtini saat ditemui solopos.com di Dukuh Deles, Rabu (15/7/2020).

Selain semakin waspada dengan memasang mata dan telinga, persiapan lain sudah dilakukan warga sejak status naik ke level waspada.

Tas Siaga Bencana

Barang dan surat berharga seperti sertifikat tanah, ijazah, KK, hingga buku nikah sudah disatukan dalam tas yang sering disebut dengan tas siaga bencana.

“Saya gantungkan di dekat pintu. Jadi ketika nanti sewaktu-waktu harus mengungsi mudah mengambilnya,” urai dia.

Sri Murtini menceritakan cara melakukan kesiapsiagaan tersebut ia dapatkan secara alami dari pengalaman erupsi yang kerap terjadi di salah satu gunung api teraktif di Indonesia tersebut.

Sementara itu, sejak ada kabar Gunung Merapi menggembung, pemerintah Desa Sidorejo berinisiatif mengundang BPPTKG guna menjelaskan ihwal kondisi Merapi terkini.

Tambang Galian C di Kemalang Klaten Bakal Ditutup Jika Merapi Siaga

Kegiatan itu dilakukan di kantor desa setempat menghadirkan narasumber serta perwakilan warga, Rabu. “Kami ingin memberikan pemahaman agar masyarakat tidak menduga-duga tentang kondisi Merapi dengan mendatangkan orang yang memang ahlinya,” kata Kades Sidorejo, Gothot Winarso.

Gothot menjelaskan persiapan terutama untuk mengungsi sebenarnya sudah dilakukan sejak status Merapi naik level waspada.

Titik kumpul hingga lokasi untuk pengungsian sementara disiapkan seperti gedung serba guna di desa setempat. Tak terkecuali koordinasi dengan desa yang menjadi desa paseduluran dengan Sidorejo.

Hanya saja, persiapan itu dilihat kembali termasuk menyesuaikan dengan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Persiapan kembali dilakukan termasuk pembaruan data warga dan aset.

Kebutuhan Sembako hingga Pembalut

Salah satu tokoh masyarakat Sidorejo, Sukiman, menjelaskan pendataan ulang meliputi data penduduk hingga aset-aset yang dimiliki.

“Data penduduk ini bukan seperti data sensus. Tetapi berdasarkan siapa saja yang ada di satu rumah. Termasuk data soal aset seperti ternak, serta kepemilikan kendaraan,” jelas Sukiman.

Sukiman menjelaskan data menjadi kunci. Melalui data tersebut, kebutuhan logisitik bisa dipetakan mulai dari kebutuhan sembako hingga pembalut bagi wanita ketika warga benar-benar harus diungsikan.

Selain itu, data berfungsi untuk memetakan kembali alat transportasi yang bisa digunakan untuk mengangkut warga terutama kelompok rentan hingga ternak.

Jumlah Kasus Covid-19 di Klaten Tambah Lagi, Kini dari Wonosari

Staf Ahli Geologi BPPTKG Yogyakarta, Dewi Sri, mengatakan sejak 21 Mei 2018 hingga kini status aktivitas Merapi masih berada pada level waspada.



Terkait pengembungan di Gunung Merapi, Dewi mengatakan hal itu berdasarkan hasil pengamatan menggunakan metode electronics distance measurements (EDM) dan terlihat dari sisi sektor barat laut.

“Sejak 22 Juni hingga hari ini, ada pemendekan 3 mm per hari. Apa artinya dari penggembungan itu, nanti dilihat bareng-bareng mau ada apa dengan Merapi. Kami mengimbau masyarakat tidak panik namun tetap melakukan kesiapsiagaan bersama pemerintah. Harus tetap waspada karena Merapi masih waspada,” tutur dia.

Protokol Kesehatan Covid-19

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Klaten, Sri Yuwana Haris Yulianta, mengatakan berbagai persiapan dilakukan selama hampir sepekan terakhir.

Persiapan itu seperti memetakan kembali jalur evakuasi alternatif lantaran kondisi jalur evakuasi utama rumah parah. Persiapan lain seperti pembaruan data hingga memetakan tempat-tempat yang bisa dimanfaatkan untuk pengungsian.

“Ketika skenario warga di tiga desa [terdekat dengan puncak Merapi] mengungsi semua serta menempati tiga selter, kondisi selter tidak cukup. Selter itu rata-rata berukuran 512 meter persegi, rata-rata bisa menampung 170 jiwa. Ketika disesuaikan dengan kondisi Covid-19, kapasitas hanya mampu 77 jiwa hingga 80 jiwa. Makanya, dicarikan bangunan-bangunan publik di desa penyangga pada konsep desa paseduluran yang bisa digunakan untuk menampung,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya