SOLOPOS.COM - Surono (JIBI/Solopos/Dok.)

Hujan Abu di Jenderal Sudirman Solo, Jumat (14/2/2014) subuh tadi. (JIBI/Solopos/Istimewa/Doni Purwosulistio)

Hujan Abu di Jenderal Sudirman Solo, Jumat (14/2/2014) subuh tadi. (JIBI/Solopos/Istimewa/Doni Purwosulistio)

Harianjogja.com, JOGJA – Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono meminta masyarakat untuk menghormati proses alam yang terjadi di Kelud. Selama itu dilakukan maka kemungkinan jatuh korban bisa dihindari.

Promosi Kredit BRI Tembus Rp1.308,65 Triliun, Mayoritas untuk UMKM

“Mari kita ikuti proses Kelud. Mau seperti apa kita hanya bisa mengikuti. Hormati keputusan daerah kosong 10 km,” katanya kepada Harian Jogja, kamis (14/2).

Meski sudah pensiun, Mbah Rono yang saat ini menjadi staf ahli Menteri ESDM ini tetap diminta pemerintah turun ke lapangan setiap ada gejolak gunung.

Menurutnya, semua akses ke wilayah 10 km dari puncak Kelud harus ditutup. “Kejadian di Sinabung harus menjadi yang terakhir. Mari hormati area 10 km ini,” tambahnya. Wilayah 10 km menurut Mbah Rono adalah wilayah perhitungan risiko awan panas.

Surono juga berharap Kelud akan kembali ke karakternya sebelum letusan 2007 yang bersifat letusan besar namun cepat selesai. Sementara pada 2007 letusan bersifat efusif yang memunculkan kubah lava di danau kawah.

“Kalau boleh saya memohon Kelud kembali ke karakter sebelum 2007. Tetapi semua tetap terserah Kelud,” ujarnya lagi.

Melihat letusan Kamis (13/02/2014) yang mengeluarkan materi terbanyak abu, Mbah Rono memperkirakan dampaknya akan terasa lama. Termasuk di dunia penerbangan. “Sekali lagi kita harus sabar,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya