SOLOPOS.COM - ilustrasi gunung meletus (JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO — Banyak cara ditempuh untuk memperoleh informasi akan terjadinya letusan gunung berapi sejak dini. Mulai dari mengakses situs-situs siaga bencana hingga mengetahui gejala alam.

Kondisi alam yang tak bersahabat membuat banyak warga resah. Di tengah keresahan ini ada saja yang memanfaatkan untuk sekadar iseng menyebarkan informasi-informasi yang membuat panik. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu saat diprediksi Gunung Merbabu akan meletus.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Masyarakat diimbau untuk tidak langsung mempercayai pesan-pesan hoax. Sejalan dengan itu sejumlah lembaga terkait meminta masyarakat untuk mendapatkan informasi terpercaya dan mempelajari tanda-tanda alam.
Berikut redaksi Solopos.com himpun 6 cara memperoleh informasi tanda-tanda gunung akan meletus. Dari cara ilmiah, sampai yang sulit dipercaya:

1. Cek Peningkatan Suhu Gunung

1. Cek Peningkatan Suhu Gunung

Cara paling umum mendeteksi gunung berapi yang akan erupsi adalah dengan  melihat kondisi gunungnya. Barangkali hal ini sudah sering diajarkan sejak bangku Sekolah Menengah Pertama.

Ciri pertama adalah terjadinya kenaikan suhu di sekitar gunung. Sebagai suatu tanda aktifnya gunung berapi, akan terjadi kenaikan suhu di sekitar kawasan gunung berapi.

Jika ini terjadi biasanya warga sekitar gunung akan dengan mudah merasakan. Penduduk setempat akan merasa kegerahan di malam hari.

Kenaikan suhu terjadi akibat material super panas dari inti bumi yang berjalan keluar lewat kawah gunung. Meski material seperti lahar belum disemburkan, biasanya panasnya yang terlebih dahulu bisa dirasakan.
Hal ini juga akan menyebabkan mata air di sekitar gunung akan mengering. Hal ini terjadi karena penguapan. Panas inti bumi membuat air menguap. Dalam beberapa kasus, mata air yang keluar biasanya hangat.
2. Terjadi Getaran dan Gemuruh

2. Terjadi Getaran dan Gemuruh

Getaran kecil akan dirasakan beberapa saat sebelum gunung berapi meletus. Getaran ini biasanya diiringi dengan suara gemuruh. Hal ini dikarenakan material dari inti bumi yang terus terdesak untuk keluar dari kawah gunung.

Material yang bergerak ini mengeluarkan suara bergemuruh. Jika gerakannya kuat, akan disertai getaran.

Seperti dalam kasus erupsi Gunung Kelud, sebelum meletus pada sekitaran pukul 22.50 WIB, Kamis (13/2/2014), Gunung ini terlebih dahulu mengalami tremor selama lebih dari 7 jam.
Berdasarkan data seismik yang dirilis pos pantau Kelud Kediri pukul 12.00-18.00 WIB, bersamaan keluarnya tremor, Kelud mengalami 442 kali gempa vulkanik dangkal (VB) sejak pukul 11.51 WIB.
3. Tumbuhan Layu dan Hewan Bermigrasi

3. Tumbuhan Layu dan Hewan Bermigrasi

Kenaikan suhu juga berpengaruh pada tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan di sekitar gunung berapi akan menggugurkan daunnya. Beberapa akan mati layu.
Ini akibat dari berkurangnya cadangan air yang tersimpan di tanah mengering dan berkurang drastis. Air adalah komponen penting tumbuhan untuk tetap hidup.

Selain pada tumbuhan, beberapa jenis hewan akan merasakan dampak ini. Hewan tertentu akan bermigrasi ke tempat yang lebih rendah.

Hewan juga punya insting yang tajam untuk mengetahui akan terjadinya bencana. Tepat sebelum bencana itu terjadi, hewan-hewan ini akan berpindah tempat. Sementara, bagi yang tidak bisa berpindah, seperti hewan ternak, akan mengeluarkan gelagat kegelisahan.

Perpindahan burung menghindari hutan di gunung dalam jumlah banyak biasanya jadi penanda awal akan terjadinya letusan gunung berapi. Selain itu, beberapa hewan di darat juga akan turun gunung sebelum adanya letusan.

4. Akses Situs Siaga Bencana

4. Akses Situs Siaga Bencana

Perkembangan teknologi informasi telah banyak menyelamatkan manusia dari dampak luas bencana alam. Seperti yang terjadi pada kasus erupsi Pinatubo. Ledakan yang cukup dahsyat terjadi pada saat itu nyatanya mampu dihindari untuk kebanyakan masyarakat Filipina.

Aksi tanggap darurat dari pemerintah mampu menyelamatkan ribuan masyarakat dari ledakan yang terjadi pada tahun 1991. Kini sistem informasi tentu berkembang lebih pesat dari tahun itu.
Seperti diketahui, lembaga penanganan bencana alam di Indonesia sudah siap dengan sejumlah akses informasi kepada masyarakat.

Seperti diketahui, informasi tentang bencana resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bisa diakses di situs resminya yaitu bmkg.go.ig atau melalui akun twitter @infoBMKG. Selain itu BMKG juga memberikan rujukan resmi situs yaitu http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/depan.bmkg.
Di Facebook BKMG juga memberi update melalui akun www.bmkg.go.id. Ada dapat mencari di kolom pencarian Facebook dengan mengetik www.bmkg.go.id secara lengkap. Akun ini telah disukai oleh 139.000 lebih pengguna.

Dalam keterangannya di Facebook BMKG juga memberikan dua akun blog yaitu infobmkg.wordpress.com dan infobmkg.blogpspot.com untuk mendapatkan informasi dini tentang peringatan bencana alam.



Selain BMKG, BNPB juga punya situs resmi bnpb.go.id yang selalu memberikan update status gunung berapi di seluruh Indonesia. Dengan sekali klik saja, Anda dapat mengakses informasi peringatan dini dengan praktis.
5. Pahami Status Gunung Berapi


5. Pahami Status Gunung Berapi

Pengetahuan alamat akses situs siaga bencana saja barangkali kurang lengkap jika Anda belum mengetahui jenis-jenis status gunung. Situs Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pusat Vulkanologi & Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) punya isyarat dengan ditunjukkan melalui tingkatan level.

Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia memiliki empat level. Berikut penjelasannya:

Level I atau Normal. Artinya tidak ada gejala aktivitas tekanan magma. Dengan level dasar ini maka gunung dikatakan aman dari letusan.

Tingkatan kedua atau Level II adalah Waspada. Ini bearti terdapat aktivitas dalam gunung. Pada level ini juga terjadi kenaikan aktivitas seismik dan mulai ada kejadian vulkanis lainnya. Perubahan ini diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal. Pada status ini, lembaga terkait akan melakukan penyuluhan, penilaian bahaya, pengecekan sarana, dan pelaksanaan piket terbatas

Level III atau siaga. Level ini menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana. Tingkatan ini menunjukkan peningkatan intensif kegiatan seismik. Semua data menunjukkan aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana. Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu
Paling berbahaya adalah status awas yang mendapat level III. Ini akan digunakan untuk gunung berapi dengan kondisi yang hampir meletus atau telah mengalami letusan pembukaan. Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap dan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam

“Biasanya, semua aktivitas di gunung dihentikan sementara waktu saat isyarat pada status Siaga dan Awas. Para pendaki gunung juga dilarang mendaki ketika statusnya Waspada dan Awas,” tulis PVMBG dalam situsnya.
6. Temui juru kunci


6. Temui juru kunci

Ini mungkin cara paling spekulatif. Jurnalis juga punya cara untuk mendeteksi aktivitas gunung berapi. Sayangnya cara ini jauh dari kesan ilmiah. Jurnalis akan datang ke juru kunci gunung dan meminta prediksi erupsi. Cara ini cukup populer pada kasus letusan Gunung Merapi pada 2006 lalu.

Letusan 2006 lalu mencuatkan nama Mbah Maridjan sang juru kunci gunung merapi. Masyarakat merapi juga tunduk pada instruksi pemilik nama lengkap Raden Ngabehi Surakso Hargo. Letusan 2006 tidak bisa dipungkiri telah melembungkan namanya, sampai-sampai ditarik jadi salah satu bintang iklan.

Sayangnya, Mbah Maridjan telah tiada. Pada tanggal 26 Oktober 2010, gunung Merapi kembali meletus disertai awan panas setinggi 1,5 kilometer. Gulungan awan panas tersebut meluncur turun melewati kawasan tempat mbah Maridjan bermukim. Jasad Mbah Maridjan ditemukan beberapa jam kemudian oleh tim SARbersama dengan 16 orang lainnya telah meninggal dunia.

Pada kasus Gunug Kelud, giliran Mbah Ronggo yang muncul. Juru kunci Gunung Kelud ini sempat beberapa kali muncul di media. Belakangan dalam sebuah wawancara dia menyatakan memprediksi aktivitas Kelud kali ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya