SOLOPOS.COM - Citra erupsi Gunung Anak Krakatau, Selat Sunda, Jumat (4/2/2022). (Antara/HO-BNPB)

Solopos.com, SOLO – Kepala Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Widjo Kongko, mengimbau masyarakat mewaspadai potensi tsunami akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.

Pakar tsunami tersebut menuturkan berdasarkan data dan hasil pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, terdapat peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau dari Waspada atau Level 2 ke Siaga atau Level 3.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ini menunjukkan adanya potensi ke arah erupsi dan dapat berpotensi menimbulkan tsunami,” katanya dalam keterangan pers sebagaimana dikabarkan Antara, Jumat (13/5/2022).

Perkiraan besar kecilnya dampak tsunami sangat bergantung pada sumbernya. Yaitu seberapa besar aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau dan volume longsoran kaldera atau lava yang dimuntahkan.

Menurut dia, hasil kajian pemodelan tsunami yang telah dilakukan untuk kejadian erupsi akhir 2018 dapat dijadikan acuan untuk potensi tsunami ke depan apabila ada erupsi Gunung Anak Krakatau, terutama memprediksi waktu tiba tsunami di pantai dan perkiraan tingginya.

Baca juga: Erupsi Terus Terjadi, Status Gunung Anak Krakatau Naik Jadi Siaga

Widjo menuturkan pemerintah telah berupaya membuat program mitigasi tsunami dari tingkat hulu hingga hilir. Sebagai contoh, di tingkat hulu terdapat sistem peringatan dini apabila akan terjadi tsunami dan diseminasi informasi untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.

Di tingkat hilir, sudah dilakukan penyiapan jalur evakuasi, tempat evakuasi (selter) dan panduan perencanaan evakuasi. Meskipun demikian, korban tsunami masih tetap ada seperti yang pernah terjadi di Selat Sunda di akhir 2018.

Hal itu, katanya, menunjukkan program mitigasi tsunami yang telah ada belum mencukupi, sehingga perlu ditingkatkan pada masa mendatang.

“Saya kira publik juga perlu mendapatkan informasi secara mendetail terkait dengan potensi ancaman tsunami di lokasi di mana mereka tinggal dan tentu saja informasi lainnya terkait dengan jalur evakuasi dan tempat evakuasi sementara,” ujar Widjo.

Baca juga: BMKG Imbau Waspada Gelombang Tinggi Dampak Erupsi Gunung Anak Krakatau

Deteksi Tsunami

BRIN juga mengatakan sistem deteksi dini tsunami PUMMA (Perangkat Ukur Murah untuk Muka Air Laut) yang dipasang di kompleks Gunung Anak Krakatau (GAK) beroperasi dengan baik.

“Teknologi ini mendeteksi tsunami berdasarkan anomali tinggi muka air laut akibat aktivitas seismik di dasar atau longsoran bawah laut yang direkam oleh sensor tinggi muka air laut,” kata Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN Ocky Karna Radjasa.

Ia menuturkan data yang direkam langsung oleh PUMMA dikirim ke pusat data di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara seketika melalui jaringan Global System for Mobile Communications (GSM).

Baca juga: Saat Ancaman Tsunami Dianggap Lelucon April Mop, 159 Nyawa Pun Melayang

Teknologi PUMMA atau IDSL (Inexpensive Device for Sea Level measurement) juga dilengkapi dengan CCTV untuk memantau gelombang tsunami secara langsung. Pihak BMKG akan mengeluarkan peringatan dini berdasarkan analisis data pantauan anomali tinggi muka air laut.

Pakar tsunami yang juga peneliti di BRIN Semeidi Husrin mengatakan PUMMA dipasang di Selat Sunda untuk memperkuat sistem deteksi dini tsunami di wilayah itu.

PUMMA merupakan hasil riset bersama dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang sekarang sudah terintegrasi ke BRIN, Universitas Lampung, dan mitra internasional JRC-EC. Peralatan PUMMA juga masih terpasang di Pulau Sebesi di Lampung dan Marina Jambu di Pandeglang, Banten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya