SOLOPOS.COM - Muhammad Ansar (jongkok kiri) mempraktekan teknologi Biosaka di hadapan petani Desa Genengsari, Kecamatan Toroh, Grobogan, Sabtu (28/5/2022). (Solopos/Arif Fajar S)

Solopos.com, JAKARTA – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengapresiasi hasil panen padi hingga 8,9 ton per hektare di Blitar, Jawa Timur, setelah menggunakan biosaka yang dibuat secara mandiri oleh petani.

“Mau ada climate change dan tantangan apapun ke depan, tapi pertanian kita tetap terjaga seperti pertanian di Blitar yang hebat. Kita tinggal butuh kerja keras memitigasi alam dan pupuk mengalami kelangkaan di dunia. Makanya, kita bersyukur memiliki aplikasi biosaka sehingga tidak bergantung pada pupuk kimia,” kata Mentan dalam keterangan pers seperti dilansir Antara, Jumat (11/11/2022).

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Biosaka merupakan singkatan dari bio yang berarti tumbuhan dan saka yang berarti selamatkan alam atau kembali ke alam. Biosaka merupakan campuran pupuk yang dibuat dari ramuan yang dibuat secara manual dengan tangan.

Biosaka terbuat dari minimal lima jenis rumput atau daun yang sehat yang dicampur air, tanpa campuran apapun hingga menjadi ramuan homogen, harmoni dan koheren lalu disemprot ke tanaman. Biosaka yang diproduksi bisa disimpan hingga lima tahun.

“Hari ini saya diajarkan petani Blitar membuat biosaka. Bahannya dari rumput sekitar dan produksi padi di Blitar mencapai 8,9 ton per ha menggunakan biosaka. Penggunaan biosaka ini bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia di atas 50 persen. Ini bisa dikerjakan oleh siapa saja, termasuk ibu-ibu tani,” kata dia.

Baca Juga: Kebijakan Pembatasan Pupuk Bersubsidi Berubah, Mentan: Dunia Lagi Sulit!

Menurut Mentan, penggunaan biosaka sangat cocok di Pulau Jawa yang unsur haranya sudah bertahun-tahun diendapkan bahan kimia. Dengan biosaka, katanya, kesuburan tanah bisa dikembalikan.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, menambahkan bahwa biosaka bukan pupuk dan juga bukan pestisida, melainkan elisitor yang berperan sebagai pemberi sinyal bagi tanaman tumbuh dan berproduksi lebih bagus, hemat pupuk kimia, meminimalkan hama penyakit, dan lahan menjadi lebih subur.

Pengaplikasian biosaka di Blitar digagas 2019 oleh Anshar, petani muda asli Blitar yang sampai saat ini sudah memiliki lahan hingga 12.000 ha di 22 kecamatan dan mulai menyebar ke daerah lain di Indonesia.

Baca Juga: Harga Beras Naik, Tapi Petani di Sragen Tak Ikut Menikmati

“Satu genggam rumput diremas dicampur dengan air 5 liter cukup untuk menyemprot 3-4 ha semusim untuk padi, jagung, kedelai, singkong, sorgum, ubi, kacang, sayuran buah dan lainnya. Ramuan biosaka efektif dalam area wilayah setempat dan terjauh radius 20 kilometer, tidak efektif diaplikasikan di wilayah lain karena pengenalan agroekosistem,” kata Anshar

Biaya pembuatan biosaka disebut sangat murah karena diramu sendiri. Tidak ada risiko kerugian bagi petani dan mampu menghemat biaya pupuk kimia 50 sampai 90 persen. Jika pada umumnya penggunaan pupuk kimia memakan biaya Rp3 juta per hektare per musim, penggunaan biosaka diklaim bisa dihemat hingga Rp1,5 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya