JOGJA—Pemerintah DIY mewaspadai melonjaknya konsumsi gula pasir menjelang Lebaran lantaran tersedot oleh industri makanan dan minuman yang seharusnya mengonsumsi gula rafinasi bukan gula kristal.
Promosi Kuliner Legend Sate Klathak Pak Pong Yogyakarta Kian Moncer Berkat KUR BRI
Kondisi ini dikhawatirkan memperburuk pasokan gula pasir yang saat ini menipis akibat berkurangnya volume produksi hingga berujung melonjaknya harga.
Kabid Perdagangan Dalam Negeri, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) DIY, Eko Witoyo, Selasa (3/7) menyatakan, industri makanan ditengarai sering mengambil hak konsumen biasa dengan menggunakan gula pasir untuk kebutuhan produksinya. Padahal sesuai aturan Kementerian Perdagangan, kalangan industri hanya boleh mengonsumsi gula rafinasi.
“Kami banyak menemukan perusahaan makanan tapi mengecer gula pasir, harusnya kan itu untuk konsumen biasa,” katanya.
Sedianya gula rafinasi relatif lebih murah dibanding gula pasir, hanya saja dari sisi rasa banyak yang mengunggulkan gula pasir.
“Selisih harga dengan gula pasir itu sekitar Rp2.000 cuma kan enggak semanis gula pasir. Kalau gula pasir misalnya cuma butuh satu sendok, rafinasi harus tiga sendok,” terang Eko.(ali)