SOLOPOS.COM - Wakil Pupati Gunungkidul Immawan Wahyudi (kiri) dan Ki Bekel Joko Supriyanto dari Kraton Yogyakarta saat menikmati hidangan Gudeg Jantung Pisang di Desa Wisata Jelok, beberapa waktu lalu. (JIBI/Harian Jogja/Ujang Hasanudin)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Gudeg gori atau nangka muda mungkin hal yang biasa ditemui di Jogja. Namun pernahkah Anda mencicipi gudeg dari jantung pisang. Anda bisa menemukannya di Desa Wisata Jelok, Desa Beji, Kecamatan Patuk, Gunungkidul.

Gudeg jantung pisang yang menjadi makanan khas desa setempat tersebut ternyata disukai oleh sejumlah orang yang hadir termasuk Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi dan Ki Bekel Joko Supriyanto dari Kraton Jogja ketika disuguhkan dalam acara syukuran pernikahan putri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Hayu dan KPH Notonegoro di pendopo Desa Wisata Jelok, Jumat (25/10/2013).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Adalah Rumiyati, Rubiah, Purwati dan Semi yang membuat gudeg jantung pisang itu. Dari tangan mereka jantung pisang disulap menjadi gudeg yang bercitarasa, yang tidak kalah dengan gudeg nangka. Cara pebuatannya pun tidak jauh berbeda dengan gudeg nangka. Butuh sehari semalam jantung pisang bisa halus dan menjadi gudeg. “Yang paling lama kukusnya karena setelah diiris-iris kemudian dikukus sampai 10 jam,” kata Purwati.

Uniknya gudeg jantung pisang pun dicampur dengan ulam kalen atau ikan dari kali. Ikan-ikan itu dikukus bersamaan dengan jantung pisang. Tak pelak, gudeg ini pun semakin gurih di lidah.

Sukriyanto, ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Jelok mengatakan, ide pembuatan gudeg itu berawal dari banyaknya jantung pisang di sekitar Jelok yang dibuang begitu saja. Meski ada beberapa orang yang memanfaatkannya untuk dibuat sayur. “Tapi belum pernah ada yang dibuat gudeg,” ucapnya.

Akhirnya setelah didiskusikan bersama masyarakat Dusun Jelok, gudeg jantung pisang akan menjadi ciri khas makanan Desa Wisata Jelok. Ternyata tidak semua jantung pisang bisa dimasak. “Tidak sembarang jantung pisang, harus jantung pisang kepok yang bisa dimasak,” kata Sukriyanto.

Untuk ulam kalen sebagai campur gudeg pun mereka tidak begitu kesulitan. Mengingat Desa Wisata jelok berdampingan dengan Kali Oya. Ikan bisa diambil kapan saja akan dimasak. Mereka memang sudah lama menjaga Kali Oya dan menyebar berbagai macam ikan.

Ide gudeg jantung pisang pun mendapat tanggapan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Gunungkidul. Disbudpar menyambut baik dengan upaya masyarakat Jelok menjadikan gudeg jantung pisang sebagai branding atau ciri khas Desa Wisata Jelok. Bahkan sebagai bentuk dukungan, Disbudpar menggandeng Dinas Tanaman pangan dan Hortikultura (TPH) agar budi daya pisang kepok tetap lestari sehingga ketersediaan bahan dasar gudeg jantung pisang tetap tersedia.

“Ini hal baru. Saya sudah mencoba gudeg jantung pisang ini rasanya tidak kalah dengan gudeg-gudeg lainnya,” kata Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata Disbudpar Gunungkidul Hari Sukmono.

Hari mengakui di Gunungkidul banyak jantung pisang sehingga dengan adanya terobosan makanan khas bisa menjadi salah satu terobosan daya tarik wisatawan. “Ketika orang mendengar Gudeg Jantung Pisang akan mengingat juga Desa Wisata Jelok,” ucapnya.

Kini gudeg jantung pisang itu pun sudah diresmikan menjadi branding Desa Wisata Jelok oleh Ki Bekel Joko Supriyanto. Bahkan ia menamakan gudeg tersebut dengan sebutan gudeg sinuhun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya