Ungaran (Espos)–Sempitnya pemahaman pemerintah daerah dalam mengartikan otonomi daerah (Otda) menjadi hambatan utama implementasi program “Bali Ndeso Bangun Deso” yang dicanangkan Gubernur Jateng, Bibit Waluyo.
Hal ini menjadikan belum tersinerginya enam misi program tersebut dalam program kegiatan masinng-masing daerah dan belum terlaksana merata di seluruh daerah.
Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%
Demikian disampaikan Gubernur Jateng, Bibit Waluyo dalam sambutannya yang dibacakan Asisten II Setda Jateng, Sriyadi saat membuka Semiloka “Percepatan Pembangunan Jaten (Hasil Telaah Dewan Riset Daerah Jateng)” di Tlogo Tuntang, Kabupaten Semarang, Selasa (2/2).
Bibit meminta Dewan Riset Daerah (DRD) Jateng untuk mengambil perannya dalam mendukung program “Bali Ndeso Bangun Deso” dengan memberikan solusi alternatif dari setiap hambatan implementasi program tersebut.
Gubernur mengklaim implementasi enam misi pembangunan “Bali Ndeso Bangun Deso” dalam tahap I telah memperoleh hasil yang positif, kendati masih tahap konsolidasi dan penataan konsep pembangunan.
kha