SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, PURWOREJO — Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengumpulkan 1.000 guru mengaji di Kabupaten Purworejo, Jateng, Sabtu (6/4/2019). Ia meminta mereka membantunya menangkal hoaks atau kabar bohong.

Dalam pertemuan di di Pondok Pesantren Nuril Anwar, Maron, Loano, Purworejo, Jawa Tengah itu, Gubernur Ganjar Pranowo dan para guru mengaji bersepakat menjadi garda depan penangkal hoaks dengan mengajarkan pendidikan karakter sejak dini kepada anak-anak. Kesepakatan itu dicapai setelah Ganjar Pranowo menyerahkan insentif untuk ustaz dan ustazah se- Kabupaten Purworejo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pemberian insentif ini perwujudan janji kampanye Ganjar Pranowo dan Taj Yasin ketika memenangi Pemilihan Gubernur Jateng 2019. Dengan pemberian insentif itu, guru mengaji diharapkan akan lebih meningkatkan kualitas diri.

Ganjar mengatakan persebaran hoaks telah menyasar segala lapisan masyarakat, tidak terkecuali di kalangan santri. Untuk itu, Ganjar mengajak guru mengaji di Purworejo untuk mengawal agar para santri tidak turut menyebar atau jadi korban hoaks.

“Sebenarnya 1.000 guru ngaji ini mampu untuk mengurangi dan memagari tindakan-tindakan hoaks yang membikin kebencian dan membikin kemarahan. Kalau orang habis mengaji hatinya senang mendapatkan pencerahan berarti mengajinya benar. Tapi kalau habis mengaji kok emosi, hanya pengin perang dan marah-marah, patut dipertanyakan itu,” kata Ganjar melalui siaran persnya.

Untuk mengantisipasi hal itu, guru mengajilah yang harus jadi tameng kuat agar memberi penjelasan kepada para santri. Kalau ini bisa berjalan, kata Ganjar, kehidupan bermasyarakat lebih tenang, anak lebih berkarakter, orang lebih hati-hati dan anak-anak bisa berkembang dengan sangat waras.

“Tapi guru ngaji tadi sudah punya penangkal dengan argumentasi yang sangat fasih, kalau kamu ragu dan itu tidak benar, jangan disebar. Setop, jangan disebar. Agar anak kita cerdasnya itu komplit, bukan sekadar cerdas intelektual tapi emosional,” paparnya.

Sebelumnya, pemberian insentif telah dilakukan di Kabupaten Pati kepada 5.000 guru mengaji, guru madrasah diniyah, dan pondok pesantren. Total insentif pada APBD 2019 mencapai Rp205 miliar yang diperuntukkan 171.131 orang. “Guru ngaji itu perlu perhatian. Kalau semua wilayah bisa memberikan seperti ini mudah-mudahan guru ngaji akan merasa lebih terhormat,” kata Ganjar.

Basuki Rahmat, guru mengaji dari Winong Purworejo membenarkan pernyataan Ganjar. Ia mengaku sering mendapatkan pengaduan santri tentang makna dan cara menangkal hoaks. “Santri kami ada yang beranjak SMA, mulai kritis dan menanyakan, hoaks itu apa, pak?” ujarnya.

Kepada Ganjar, Basuki memerinci langkah-langkahnya menghadapi pertanyaan dan memberi penjelasan pada santri tentang hoaks itu. Yang menjadi catatan penting untuk mengenali hoaks adalah biasanya suatu berita kabar itu berisi caci maki atau menjelekkan orang lain.

“Hoaks itu, jika di media sosial ada yang menjelek-jelekkan orang lain, jangan langsung diterima. Jangan diterima mentah-mentah, tapi digodok dulu dengan bertanya pada kiai. Selanjutnya jangan dibagi atau dikirimkan ke yang lain, setop,” ucapnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya