SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BANTUL—Pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono (HB) II, Pesanggrahan Gua Siluman memiliki peranan penting. Selain untuk bertapa, gua buatan di Desa Wonocatur, Banguntapan, Bantul itu juga sebagai tempat pemandian ratu dan selir.

Namun, seiring perkembangan zaman, situs bersejarah itu beralih fungsi menjadi saluran pembuangan limbah rumah tangga dan pabrik tahu. Bahkan, jalan menuju pintu masuk gua itu telah tergusur bangunan perumahan dan pertokoan.

Promosi Bukan Mission Impossible, Garuda!

Saat Harian Jogja menyusuri lorong gua yang juga akrab disebut Benteng Pendem itu, Senin (18/6), aroma limbah yang mengalir di lantainya tercium begitu menyengat. Adapun saluran limbah dari pipa yang menempel di dinding lorong sudah lama tidak berfungsi.

Sebagian limbah mengalir ke selokan yang menghubungkan gua dengan area persawahan. Sebagian limbah lagi menggenang di kolam kecil di bangunan gua sebelah timur. Menurut Harno Prayitno, 83, juru kunci Gua Siluman, kolam itu dulu sebagai tempat pesiraman (pemandian) ratu.

“Kolam itu memiliki sumber mata air yang dipercaya dapat menyembuhkan bermacam penyakit,” kata kakek dari 17 cucu itu.

Meski sudah bercampur limbah, lanjut Harno, terkadang masih ada pengunjung yang datang untuk bersemedi atau hanya sekadar mengambil air dari kolam itu.

Harno menuturkan, Gua Siluman adalah salah satu peninggalan dari perpindahan Keraton Mataram yang semula berada di alas mentaok (sekarang Kota Gede, Jogja). Namun, setelah Gua Siluman usai dibangun, raja mendapat wangsit untuk membangun Kraton di Wonokromo, Pleret, Bantul.

Harno menceritakan, semasa dirinya masih kecil, tak jauh dari pintu masuk Gua Siluman terdapat sebuah kolam yang cukup luas. Di tengah kolam itu ada bangunan yang biasa digunakan untuk berteduh. Kini, kolam itu sudah tidak berbekas karena menjelma permukiman.

Dua kolam yang masih tersisa di dalam lingkup Benteng Gua Siluman kini dimanfaatkan warga sekitar untuk membudidayakan ikan.

“Saya heran kenapa pemerintah menerbitkan sertifikat untuk bangunan yang tepat berada di depan pintu gua ini?” ujar Harno.

Hal senada diutarakan Sunardi, 47, pegawai Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) DIY yang bertugas menjaga Gua Siluman.

“Situs ini salah satu bukti keistimewaan DIY. Kalau hanya untuk pembuangan limbah, di mana letak keistimewaannya?” tandas pria asli Jatimulyo, Dlingo, Bantul itu. (ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya