SOLOPOS.COM - Rukinah, 65, pedagang Growol di Pasar Wates menawarkan dagangannya, Jumat (19/9/2014). (Harian Jogja/Switzy Sabandar)

Harianjogja.com, KULONPROGO—Sekalipun termasuk dalam kategori makanan khas Kulonprogo, growol tak lagi mudah ditemui di Kabupaten Binangun. Mungkin karena jumlah pembuat makanan berbahan baku ketela ini tak sebanyak dulu. Adapun panganan ini kaya manfaat.

Rukinah, 65, salah satu penjual growol di Pasar Wates mengakui produksi growol dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Perempuan yang sehari-hari menjajakan satu lusin growol dalam kemasan utuh itu menuturkan bahan baku ketela sulit didapat sehingga bahan baku ketela harus dibeli dari luar kota, seperti, Purworejo dan Magelang. Jika mengandalkan hasil kebun, kata dia, pembuat growol harus bersabar menunggu musim tanam pasca musim tanam kedua (MT II).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Perempuan yang sudah berjualan growol selama berpuluh-puluh tahun itu mengaku hanya membeli growol dari tetangganya.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kebetulan daerah tempat tinggal saya itu juga memproduksi growol, walaupun pembuatnya hanya satu atau dua orang, berbeda dengan dulu yang jumlahnya mencapai puluhan,” terangnya kepada Harianjogja.com, Jumat (19/8/2014).

Satu kemasan utuh growol, sebutnya, dapat dipotong-potong menjadi delapan bagian seukuran jengkal orang dewasa. Dalam kemasan kecil, ia mematok satu buah growol dengan harga Rp2.500, sementara growol dalam kemasan utuh seharga Rp20.000.

Growol yang dibungkus ulang dalam plastik putih, tutur Rukinah, dapat bertahan selama tiga hari. Karena rasanya hambar, maka growol dapat dimakan dengan srundeng, gula jawa, maupun kelapa parut untuk menambah cita rasa. Selain mengenyangkan, growol juga bermanfaat untuk menurunkan berat badan dan mencegah maag.

Dipaparkannya, membuat growol membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Setidaknya, pembuat membutuhkan waktu tiga hari untuk menghasilkan satu kemasan utuh growol. Rukinah menguraikan, cara membuat growol dimulai dengan mengupas ketela lalu mencucinya.

Setelah bersih, ketela direndam selama tiga hari. Kemudian air rendaman dibuang dan ketela kembali dicuci sembari diuleni hingga lembut. Lalu, ketela yang sudah lembut itu pun dikukus hingga matang dan dimasukkan dalam cetakan [kemasan utuh].

Desa Hargomulyo, Kecamatan Kokap yang dikenal sebagai sentra produksi growol hanya menyisakan beberapa warga yang masih konsisten menekuni pembuatan growol. Di luar Hargomulyo, growol dijual di beberapa pasar di Kulonprogo, antara lain, Pasar Wates, Pasar Bendungan, dan sebagainya. Akan tetapi, tidak lebih dari tiga orang yang menjual growol di pasar tersebut. Lagi-lagi, produksi
growol yang kian menurun menjadi penyebabnya.

Di Pasar Wates, growol dijual di lantai dua. Jika bingung dengan arah saat berada di areal tersebut, cukup tanyakan kepada pedagang yang lain. Sudah pasti mereka akan memberitahukan lokasi pedagang growol sebab hanya ada dua pedagang di pasar tersebut yang menjual growol.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya