SOLOPOS.COM - FOTO GREBEG MAULUD JOGJA : Gunungan Kakung diikuti gungan lainnya keluar untuk prosesi Grebeg Maulud dari Keraton Yogyakarta menuju Masjid Gede Kauman, Jogja, Selasa (14/1/2014). Selain untuk memperingati hari lahir atau maulid Nabi Muhammad SAW, tradisi yang digelar setiap tahun tersebut juga menjadi simbol pemberian sedekah dari Raja Keraton Jogja kepada rakyatnya. (JIBI/Harian Jogja/Gigih M. Hanafi)

Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat akan menggelar grebeg sebagai puncak perayaan Maulid Nabi Muhammad

Harianjogja.com, JOGJA– Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat akan menggelar grebeg sebagai puncak perayaan Maulid Nabi Muhammad pada Jumat (1/12/2017).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Perayaan Sekaten dan Garebeg Mulud tahun ini begitu istimewa karena bertepatan dengan tahun Dal yang hanya berlangsung dalam kurun waktu delapan tahun sekali.

Ada beberapa upacara yang tidak dapat dijumpai pada pelaksanaan Garebeg Mulud tahun biasa. Berikut ini penjelasan singkat upacara-upacara  yang dilaksanakan oleh Keraton Yogyakarta pada tanggal 30 November – 1 Desember 2017, berdasar rilis yang diterima Harianjogja.com.

Mbusanani Pusaka
Prosesi Mbusanani Pusaka dilaksanakan di dalam kompleks Kedhaton tepatnya di Kagungan Dalem Gedhong Jene, pada hari Kamis Wage, 11 Mulud Tahun Dal 1951 (30 November 2017) pukul 09.00 WIB. Prosesi ini dilaksanakan oleh para Pangeran Sentana yang dipimpin oleh Mantu Dalem Kangjeng Pangeran Harya (KPH) Wironegoro.
Dalam prosesi Mbusanani Pusaka ini, beberapa pusaka Kraton Yogyakarta dikeluarkan dari ruang penyimpanan untuk dirawat dan diganti busananya (kain pelindung) sebagai persiapan menjelang upacara Garebeg Mulud nanti.

Bethak
Prosesi bethak dilaksanakan di kompleks Keputren tepatnya di Kagungan Dalem Bangsal Sekar Kedhaton pada petang hari ketika memasuki tanggal 12 Mulud Tahun Dal 1951 (30 November 2017). Prosesi ini dipimpin oleh Permaisuri Dalem, GKR Hemas.
Selepas maghrib, Sri Sultan akan menyerahkan pusaka Kanjeng Nyai Mrica dan Kanjeng Kyai Blawong kepada GKR Hemas. Menggunakan pusaka yang berbentuk periuk (kendhil) tersebut, GKR Hemas bersama dengan Putra dan Sentana Dalem Putri (putri dan kerabat wanita Sultan) akan menanak nasi sebanyak tujuh kali.
Nasi yang dimasak dalam Upacara Bethak tersebut akan diserahkan kepada Sri Sultan pada saat pisowanan keesokan harinya yang menandai puncak acara Garebeg Mulud Tahun Dal.

Kundur Gangsa
Inti dari Upacara Kundur Gangsa adalah mengembalikan dua gamelan pusaka, Kanjeng Kyai Gunturmadu dan Kanjeng Kyai Nagawilaga dari Pagongan Masjid Gedhe ke dalam keraton. Prosesi diawali dengan hadir (miyos) nya Sri Sultan di Pelataran Masjid Gedhe pukul 20:00 WIB untuk menyebar udhik-udhik. Udhik-udhik yang berisi beras, bunga dan uang logam ini pertama-tama akan disebar di Pagongan Selatan.
Sri Sultan kembali menyebar udhik-udhik di pagongan utara sebelum masuk ke dalam masjid. Selesai menyebar udhik-udhik, Sri Sultan akan duduk di serambi Masjid Gedhe untuk mendengarkan riwayat nabi. Biasanya. setelah pembacaan riwayat nabi, Sri Sultan akan meninggalkan masjid menuju keraton.
Berbeda dengan pelaksanaan Garebeg Mulud biasa, setiap tahun Dal, Sultan akan menjejakkan kaki ke tembok bata di pintu (butulan) selatan Masjid Gedhe sebelum kembali ke keraton. Upacara ini dikenal dengan istilah Njejak Beteng.

Pesowanan Garebeg
Prosesi Pesowanan Garebeg Dal Tahun 1951 dilaksanakan di Kagungan Dalem Bangsal Kencana pada hari Jumat Kliwon, 12 Mulud Tahun Dal 1951 (1 Desember 2017) pukul 09.00 WIB. Dalam prosesi yang juga dihadiri oleh KGPAA Paku Alam X ini, Sri Sultan mengambil nasi dari periuk Kanjeng Nyai Mrica, mengepal-ngepalnya menjadi bulatan kecil, lalu meletakannya pada Kanjeng Kiai Blawong (pusaka berwujud piring besar).
Nasi yang sudah dikepal oleh Sri Sultan dan kepalan nasi yang sudah dibuat sebelumnya kemudian dibagikan kepada GKR Hemas, KGPAA Paku Alam X dan kemudian diteruskan kepada para kerabat dan Abdi Dalem.

Kundur Gunungan Bromo
Prosesi Kundur Gunungan Bromo dilaksanakan di Kompleks Kedhaton tepatnya di Plataran depan Gedhong Purwaretna pada Hari Jumat Kliwon, 12 Mulud Tahun Dal 1951 (1 Desember 2017) pukul 11.00 WIB. Setelah Gunungan Bromo diarak bersama gunungan-gunungan lain seperti Gunungan Lanang, Gunungan Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Darat dan Gunungan Pawuhan.
Total enam gunungan dibawa ke Masjid Gedhe dengan arak-arakan yang dikawal oleh barisan Bregada Prajurit Keraton. Setelah selesai didoakan di Masjid Gedhe, Gunungan Bromo dibawa kembali masuk ke dalam keraton.
Selanjutnya Gunungan tersebut dibagikan kepada para kerabat Keraton Yogyakarta. Lima (5) gunungan selain Gunungan Bromo akan dibagikan kepada masyarakat sebagai bentuk sedekah dari Sri Sultan. Selain itu, satu Gunungan Lanang akan diserahkan ke Kepatihan dan satu lagi ke paku Alaman. Jalannya gunungan ke Kepatihan dan Puro Paku Alaman akan diiringi oleh bregada prajurit dan barisan gajah.

Bedhol Songsong
Upacara Bedhol Songsong dilaksanakan di Bangsal Pagelaran pada Jumat, 1 Desember pukul 20:00. Upacara ini merupakan pagelaran wayang yang dilaksanakan untuk menutup rangkaian Garebeg Mulud. Lakon yang akan dibawakan kali ini adalah “Semar Ratu” oleh Ki Dalang Mas Bekel Cermo Sugondo, S. Sn.

Mengingat penting dan sakralnya acara yang hanya diselenggarakan delapan tahun sekali, maka beberapa kegiatan tidak dibuka untuk umum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya