SOLOPOS.COM - Dua buah gunungan yang terbuat dari hasil bumi dan buah-buahan dikirab keliling kampung saat Grebeg Agung Keraton Pajang di Makam Haji, Sukoharjo, Minggu (3/2/2013). Kegiatan yang diselenggarakan oleh Paguyuban Petilasan Kasultanan Keraton Pajang itu dalam rangka peringatan Maulud Nabi. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Dua buah gunungan yang terbuat dari hasil bumi dan buah-buahan dikirab keliling kampung saat Grebeg Agung Keraton Pajang di Makam Haji, Sukoharjo, Minggu (3/2/2013). Kegiatan yang diselenggarakan oleh Paguyuban Petilasan Kasultanan Keraton Pajang itu dalam rangka peringatan Maulud Nabi. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Dua gunungan yang dikirab mengelilingi Patilasan Kasultanan Pajang datang sekitar pukul 11.30 WIB. Begitu tiba di gapura masuk patilasan, kedua gunungan yang dibuat untuk memeriahkan acara Grebek Agung Pajang tersebut langsung diserbu warga. Ratusan warga langsung berlari mendekat dan berebut gunungan. Hanya dalam waktu lima menit hasil bumi dan buah yang digunakan untuk menghias gunungan langsung ludes.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Warga percaya, hasil bumi dan buah yang sudah dikirab akan membawa berkah bagi yang mengambilnya. Salah satu warga yang percaya adalah Sarwini, 46. Warga Sanggrahan RT 002/RW 021, Makamhaji, Kartasura, ini ikut berebut gunungan. Namun dia hanya mendapat sebuah ketela.

Ekspedisi Mudik 2024

“Saya datang dari pagi dan menunggu gunungan dikirab untuk ngalap berkah. Saya punya usaha jadi harapan saya usaha saya dapat berjalan baik. Saya ini masih beruntung, walau cuma dapat satu ketela. Ada yang kecewa karena tidak kebagian ketela,” ungkap Sarwini kepada Solopos.com, Minggu (3/2/2013).

Sedangkan warga Sonojiwan RT 005/RW 022, Makamhaji, Inem, 79, yang datang bersama dengan cucunya mengaku datang untuk mendapatkan hasil bumi yang dikirab. “Tadi saya hanya mengambil yang jatuh tapi dapatnya lumayan, dapat dua tas plastik ketela. Ketelanya nanti saya buat utri dan saya jual lagi. Saya memang dagang seperti itu di rumah,” kata Inem.

Dalam grebek tersebut dua gunungan yang melambangkan laki-laki dan perempuan dikirab mengelilingi Patilasan Kasultanan Pajang. Gunungan tersebut didominasi ketela karena pada dahulu kala ketela pajang merupakan ketela yang sangat terkenal bahkan hingga ke luar negeri. “Orang luar negeri menyebut ketela pajang dengan nama kebakentela. Itu sangat terkenal karena rasanya enak. Kami ingin mengenalkan kembali ketela kepada masyarakat. Selain itu, ketela juga merupakan simbol kemakmuran,” ujar Penasehat Paguyuban Patilasan Kasultanan Pajang, R Dimas Sukoco.

Untuk membuat gunungan tersebut menghabiskan dua kwintal ketela, masing-masing gunungan satu kwintal. Oleh karena itu, saat kirab berlangsung, gunungan tersebut tidak dipanggul tapi diarak dengan menggunakan gerobak. Rute kirab sekitar 2 kilometer. Saat kirab berlangsung puluhan polisi dan satgas PDIP membantu mengatur arus lalu lintas.

Selain gunungan, dikirab pula 15 pusaka yang terdiri dari keris dan tombak. Pusaka-pusaka tersebut merupakan pusaka milik Paguyuban Patilasan Kasultanan Pajang, Paguyuban Kawulo Keraton Surakarta Hadiningrat (Pakuso) dan warga pajang.
“Kami tidak menggunakan pusaka keraton karena pusaka ini sifatnya hanya untuk memeriahkan. Walau begitu, bukan berarti keraton tak mendukung. Bentuk dukungan keraton adalah keterlibatan Pakuso dan grup musik keraton dalam acara ini,” kata Penata Kirab yang juga perwakilan Pakuso, KRAT Prayitno Jogo Puro.

Selain itu, dukungan juga muncul dari pemerintah daerah. Camat Kartasura, Bahtiar Zunan, mewakili Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya, mengungkapkan apabila grebek dijadikan agenda tahunan, pihak penyelenggara dapat mengajukan bantuan kepada pemerintah kabupaten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya