SOLOPOS.COM - Ilustrasi logo Google pada Iphone. (Reuters)

Solopos.com, JAKARTA – Hampir dua dari tiga pengguna internet di Indonesia mengalami kebocoran data pribadi. Pengguna internet Indonesia disebut lemah dalam menentukan kata kunci atau password.

Dilansir Liputan6.com, Rabu (3/11/2021), hal tersebut merupakan salah satu hasil studi yang dilakukan Google dan Yougov. Studi itu dilakukan secara daring pada September 2021 di 11 negara di Kawasan Asia Pasifik, salah satunya Indonesia.

Promosi Mi Instan Witan Sulaeman

Studi tersebut mengambil sampel 13.870 pengguna internet berusia 18 tahun ke atas. Tak disebut berapa responden yang dipakai mereka dari kalangan pengguna internet di Indonesia.

Baca Juga: Mudah! Cara Cek TV Bisa Terima Siaran Digital

Produk Marketing Manager Google Indonesia, Amanda Chan mengatakan data tersebut tak mengubah pengguna internet mengubah keiasaan mereka. Kebiasaan yang dimaksud adalah dalam menggunakan password yang lemah.

“Kita juga melihat sebanyak 89 persen pengguna masih mempertahankan kebiasaan menggunakan password yang lemah,” kata Amanda dalam temu media secara virtual, Rabu (3/11/2021).

Pada hari yang sama, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri mengumumkan panduan membuat password yang kuat. Password yang kuat disebut sebagai salah satu upaya untuk menghindari peretasan akun media sosial, juga email.

Baca Juga: Cara Mudah Cek Email yang Pernah Diretas

Melalui unggahan di akun Twitternya, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri menyampaikan perpaduan huruf kapital, angka dan simbol merupakan cara yang tepat dalam menentukan password. “Memadukan campuran huruf besar dan kecil, angka, simbol serta tak ada hubungannya dengan informasi pribadi seperti tanggal lahir,” tulis akun tersebut.

Unggahan itu merupakan rangkaian sosialisasi sebagai kampanye menjaga keamanan akun media sosial dari peretasan.
Setelah memilih password yang kuat, pengguna media sosial disebut penting melakukan otentikasi dua faktor. “Ini berfungsi menambahkan lapisan pertahanan dari bobolan peretas. Cara kerjanya mengharuskan pengguna memverifikasi identitas lewat kode keamanan,” tulis akun itu.

Setelah hal itu dilakukan, pemilik akun disarankan untuk mengecek email secara berkala. Sebab media sosial selalu tertaut dengan akun email.

Baca Juga: Ini Cara Cek 130.331 Data Pengguna Facebook Indonesia yang Bocor

Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri juga menyarankan tak memberi akses kepada penyedia aplikasi pihak ke tiga alias Add on. Sebab, Add on banyak mengambil data pemilik akun dan itu merupakan celah peretasan. “Cek add on mencurigakan tidak. Jika mencurigakan segera ke pengaturan dan cabut akses mereka, revoke acces,” tambah mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya