SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p lang="zxx"><b>Solopos.com, SOLO &ndash;</b> Konten pornografi menjadi salah satu yang cukup banyak diakses oleh warganet. Lihat saja, gambar dan video dengan unsur pornografi sangat mudah diakses di Internet. Guna mengatasi hal tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) membersihkan mesin pencari Google dari konten pronografi.</p><p lang="zxx">Plt Kepala Biro Humas Kominfo, Noor Iza, seperti dilansir <i><a href="https://www.suara.com/tekno/2018/08/10/155218/setelah-google-kominfo-akan-bersihkan-bing-dari-konten-porno?medium=Headline&amp;campaign=Headline_click_1">Suara.com</a>, </i><span>Jumat (10/8/2018), mengklaim mode </span><i>safe search </i><span>di Google sudah diaktifkan mulai pekan ini. Pengaturan </span><i>safe search </i><span>di mesin pencari Google ini bakal menyaring gambar bernuansa pornografi. </span></p><p lang="zxx"><span>"</span><span>Saat ini mode </span><i>safe search </i><span>bersifat </span><i>default. </i><span>Jadi, pengguna secara otomatis akan menggunakan mode </span><i>safe search. </i><span>Sekarang tidak akan ada gambar berbau pronografi," kata Noor Iza.</span></p><p lang="zxx"><span>Dengan mode </span><i>safe search, </i><span>pengguna tidak akan menemukan konten pornografi di Google. Mode tersebut diterapkan atas hasil kerja sama Kominfo dengan 25 penyelenggara jasa Internet (ISP). Noor Iza berharap semakin banyak ISP yang terlibat dalam membantu pemerintah mewujudkan ekosistem Internet yang sehat. </span></p><p lang="zxx"><span>"Dengan menerapkan </span><i>safe seacrh </i><span>mode, Internet positif bisa terjadi, khususnya menyajikan konten positif," tutup Noor iza. </span></p><p lang="zxx"><span>Dikutip dari laman resmi Kominfo, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, beserta jajarannya tengah menjajal pendekatan ekosistem untuk mengatasi <a href="http://teknologi.solopos.com/read/20180810/484/933087/pengguna-snapchat-turun-pendapatan-malah-naik">konten</a> negatif. Cara ini dilakukan mengingat tingkat literasi masyarakat Indonesia terhadap media sosial yang masih rendah. </span></p><p lang="zxx"><span>"Yang dilakukan Kominfo yaitu pendekatannya adalah pendekatan ekosistem atau pendekatan </span><i>stakeholders</i><span>. Pendekatan </span><i>stakholders</i><span> yang </span><i>legitimate</i><span> dengan senang hati saya menerima. Saya sangat </span><i>welcome</i><span> jika ada pendekatan </span><i>stakeholders</i><span> yang </span><i>legitimate</i><span> untuk bersama-sama kita meraih kontennya apapun di sini, kebebasan beragama, kebebasan berkeyakinan, dan lain sebagainya,&rdquo; jelas Rudiantara. </span></p><p lang="zxx"><span>Dalam pendekatan ekosistem, Rudiantara menjelaskan perhatian utama tidak hanya terhadap konten di <a href="http://teknologi.solopos.com/read/20180810/484/933244/mulai-hari-ini-seluruh-konten-porno-di-internet-tak-bisa-diakses">media sosial</a> tetapi juga sumberdaya manusia. &ldquo;Kembali ke orangnya, kita masyarakat Indonesia kalau hadap-hadapan ada semacam etika atau </span><i>barrier</i><span>. Saya tidak akan mengumbar tubuh saya karena, ada sopan santun, ada takut mungkin tetapi manakala ada orang yang melakukan apapun dengan suka-suka maka permasalahannya bukan hanya media sosialnya tetapi sumber daya manusia, karenanya pemerintah pendekatannya ada dua yaitu ke hulu dan ke hilir,&rdquo; jelasnya.</span></p><p lang="zxx"><span>Itulah sebabnya pemerintah bekerja sama dengan penyedia <a href="http://teknologi.solopos.com/read/20180810/484/933234/facebook-minta-maaf-soal-balon-balon-di-ucapan-belasungkawa">Internet</a> untuk mengaktifkan fitur </span><i>safe search </i><span>untuk menyaring konten pornografi. </span><span>Kebijakan alternatif itu diambil guna mengurangi peredaran konten pornografi di Indonesia. </span></p><p lang="zxx"><span>Sementara untuk konten bermuatan terorisme, pemerintah terus berkoordinasi dengan Densus 88, BNPT, maupun intelijen. &ldquo;Mereka menggunakan </span><i>messaging system</i><span> yang sangat </span><i>secure</i><span>. Banyak yang dilakukan pemerintah. Tidak hanya di dunia yang bingung konten negatif, ada unsur masyarakat, pengguna ponsel, ada pemerintah, </span><i>society</i><span>, kemudian ada juga </span><i>platform</i><span>,&rdquo; tegas Rudiantara. </span></p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya