SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menkopolhukam Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Mensesneg Pratikno menerima pimpinan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (25/6). GNPF-MUI bertemu Presiden Joko Widodo dalam rangka silaturahmi serta meminta adanya komunikasi dengan Presiden. (JIBI/Solopos/Antara/Puspa Perwitasari)

GNPF-MUI mengaku sejak lama ingin bertemu Presiden Jokowi, namun membantah mereka yang meminta pertemuan itu.

Solopos.com, JAKARTA — Gerakan Nasional Pembela Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) mengaku bahwa pertemuan pengurus gerakan tersebut dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Hari Idul Fitri sudah lama diidamkan, yaitu sejak aksi demo 4 November 2016 (aksi 411). Namun, mereka membantah meminta bertemu Presiden.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kami sejak jauh-jauh hari, sejak 411 ingin sekali bertemu Presiden, ingin berdialog dengan Presiden tapi takdir Allah berkata lain,” kata Ketua GNPF-MUI Bachtiar Nasir dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (27/6/2017).

Ekspedisi Mudik 2024

Bachtiar Nasir melakukan konferensi pers bersama dengan para pengurus GNPF-MUI, yaitu Wakil Ketua GNPF MUI Zaitun Rasmin, anggota Dewan Pembina GNPF-MUI Yusuf Matra, anggota Dewan Pembina GNPF-MUI Haikal Hasan, Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Ahmad Sobri Lubis, serta Juru Bicara FPI Munarman.

Pertemuan GNPF-MUI dan Presiden Joko Widodo dilakukan pada Minggu (25/6/2017) di Istana Merdeka yang dihadiri oleh tujuh orang pengurus GNPF-MUI. Sedangkan Presiden didampingi Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

“Yang benar bukan meminta, tapi menggagas untuk bertemu Presiden. Kesannya GNPF minta bertemu Presiden salah besar. Ini perjalanan panjang dari 411. Gagasan kami mendapat momentum, jadi malam terakhir Ramadhan kami sudah duduk dengan Pak Menkopolhukam, satu hari sebelum Lebaran kami duduk dengan Menteri Agama, kemudian koordinasi dengan Menkopolhukam, Menteri Agama, lalu izin dengan Allah kemudian Pak Presiden menerima,” ungkap Bachtiar.

Bachtiar mengaku sudah tiga kali bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Dalam salah satu pertemuan itu, JK didampingi Menkopolhukam Wiranto.

“Lalu dengan izin Allah, kami difasilitasi oleh Menkopolhukam, dengan Menkopolhukam ini juga seperti kami pernah konferensi pers di rumah dinasnya di Jl. Denpasar Raya. Kami berhasil menyalurkan aspirasi dan Menkopolhukam berjanji untuk menyampaikan aspirasi kami. Kami ingin sekali berdialog, dialog menjadi solusi dengan tidak melulu menjadikan mobilisasi massa jadi sarana untuk meminta berjumpa,” jelas Bachtiar.

Pertemuan pada Lebaran ini, kata Bachtiar, dilakukan dalam rangka silaturahim dengan Presiden Jokowi. “Karena suasana Lebaran, kelihatannya cocok. Pak Presiden dalam suasana membuka hati, kami dalam kondisi ingin silaturahim dengan siapa saja dan ini kebutuhan kedua pihak untuk berdialog itu. Ini saya kira keniscayaan, bukan hanya satu pihak kami minta. Ini kebutuhan kedua pihak, itu kronologisnya,” tegas Bachtiar.

GNPF-MUI menggerakkan massa untuk ikut dalam aksi beberapa jilid yang kali pertama digelar pada 14 Oktober 2016. Selanjutnya, muncul rangkaian Aksi Bela Islam pada 4 November 2016 yang lebih dikenal dengan aksi 411, dan 2 Desember 2012 atau 212.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya