SOLOPOS.COM - GKR Hemas (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

GKR Hemas menyampaikan harapan untuk anak muda.

Harianjogja.com, JOGJA — Generasi muda yang merupakan tumpuan bangsa Indonesia di masa depan diharapkan bisa memahami dan mengamalkan Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

Hal itu diungkapkan oleh Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dari dapil DIY, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas dalam acara diskusi yang bertema Penerapan Nilai-nilai Pancasila Perspektif Budaya di Kalangan Anak Muda di Pendopo Kraton Kilen, Jumat sore (16/6/2017).

Ia menyampaikan generasi muda adalah calon pemimpin masa depan yang diharapkan bisa membuat bangsa Indonesia bisa menjadi negara yang maju dan dihormati di dunia internasional.

“Kita selama ini selalu tertinggal dalam peringkat apapun. Ini adalah tanggung jawab kita bersama. Untuk memajukan bangsa, kita wajib memperkuat jati diri. Kita juga harus mengetahui apa saja tanggung jawab dan kewajiban kita,” jelasnya.

Karena itulah GKR Hemas berharap generasi muda sekarang bisa memahami, mengamalkan, dan menyebarluaskan Pancasila yang merupakan ideologi bangsa Indonesia.

Menurutnya, ada banyak hal-hal sederhana yang bisa dilakukan untuk mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari seperti memperkuat gotong royong, dan berusaha menanamkan rasa saling menghargai antar sesama manusia.

“Menghormati orang lain yang berbeda asal usulnya, baik agama, budaya, dan suku [adalah salah satu contohnya]. Apalagi Jogja merupakan kota pendidikan yang didalamnya ada orang-orang berasal dari berbagai provinsi,” jelasnya.

Namun sayangnya, imbuh GKR Hemas, generasi muda sekarang tak banyak yang paham dengan nilai-nilai luhur Pancasila karena dihapusnya mata pelajaran Pancasila di sekolah. Penghapusan ini semakin terasa karena tidak ada upaya serius untuk mengganti mata pelajaran Pancasila dengan metode lain.

Akibat dari semua ini, menurut GKR Hemas, adalah perilaku masyarakat Indonesia yang sudah tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, seperti maraknya terorisme dan kelompok-kelompok yang mengagungkan ideologi asing.

“Yang saya rasakan sebagai anggota DPD adalah usaha disintegrasi dari beberapa daerah yang merasa punya sumber daya alam yang kaya sehingga merasa pantas merdeka. Ini adalah tanggung jawab kita untuk memastikkan tidak ada daerah lagi yang terlepas dari Indonesia,” tegasnya pada acara yang dihadiri puluhan anggota Karang Taruna DIY itu.

Sementara itu, Dosen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Ki Sutikno mengatakan sifat-sifat luhur seperti sopan santun, ramah tamah, dan suka menolong telah dihancurkan lewat pengikisan ideologi.

Ia mengatakan jika pengerusakan ini terus dibiarkan maka konsep-konsep handal Indonesia seperti Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika akan musnah dengan sendirinya, “Contohnya Tata Usaha bagian keuangan di sekolah, kalau ada siswa yang terlambat bayar SPP, siswanya yang dimarahi. Seharusnya yang dipanggil adalah orang tuanya karena mereka yang membayar.”

Ki Sutikno melanjutkan untuk mengatasi semua ini harus segera dibangun sistem pendidikan nasional yang berdasarkan garis hidup bangsa. Ia mengatakan ketika garis hidup bangsa sudah tidak diajarkan lagi, maka anak-anak akan menjadi musuh bagi orang tua dan gurunya.

Selain itu, imbuhnya, untuk membangun bangsa yang maju, dibutuhkan penguatan derajat kebudayaan, “Pembentukkan pribadi yang lengkap hanya bisa melalui pendidikan intelektual dan emosial, jembatannya adalah pendidikan seni,” jelasnya, mengutip Ki Hadjar Dewantara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya