SOLOPOS.COM - Fosil tempurung kura-kura raksasa zaman prasejarah ditemukan di Desa Ngebung, Kalijambe, Sragen, Selasa (24/6) lalu. Fosil sedang dikonservasi di Laboratorium BPSMP Sangiran. (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN — Sebuah fosil tempurung kura-kura raksasa ditemukan di Situs Sangiran, tepatnya di Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Sragen, Selasa (24/6/2014) lalu.

Balai Pelestari Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran mengklaim fosil tersebut sebagai temuan istimewa. Alasannya, fosil tersebut diduga merupakan tempurung kura-kura daratan. Selama ini fosil kura-kura yang ditemukan di Sangiran adalah kura-kura yang hidup di air.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala BPSMP Sangiran, Sukronedi, ditemui Solopos.com, Kamis (26/6/2014), mengatakan ukuran kura-kura raksasa zaman purba tersebut diperkirakan jauh lebih besar dibandingkan satwa sejenis pada zaman sekarang. “Kura-kura pada zaman purba ukurannya lebih besar dibandingkan kura-kura sekarang. Ukuran kura-kura zaman dulu bisa mencapai tiga kali lipat dari ukuran kura-kura sekarang,” kata dia.

Sukronedi mengatakan fosil tempurung kura-kura daratan ditemukan pada lapisan tanah Kabuh. Karena itu, satwa tersebut diperkirakan hidup di Sangiran pada masa 300.000-700.000 tahun lalu. Bila merujuk sejarah Situs Sangiran, kala itu kawasan Sangiran sudah menjadi daratan. “Dulunya Sangiran itu kan lautan. Seiring proses alam, Sangiran menjadi sebuah daratan,” sambung dia.

Sedangkan Kasi Perlindungan BPSMP Sangiran, Rusmulia Ciptadi Hidayat, menjelaskan bentuk tempurung yang relatif pipih (tidak cekung) mengindikasikan ukuran kura-kura purba cukup besar. “Ukurannya [kura-kura] lebih besar dibandingkan kura-kura zaman sekarang,” tutur dia.

Rus panggilan akrabnya, menilai fosil tempurung yang ditemukan terbilang istimewa. Sebab, dia menjelaskan, bagian bawah tempurung tipis dan bersih dari sedimentasi. Menurut dia, fosil tersebut sedang dalam tahap konservasi. Diperkirakan konservasi akan memakan waktu sekitar satu hingga dua pekan.

Konservasi dilakukan untuk memperkuat bagian-bagian fosil. Petugas BPSMP Sangiran juga sedang melakukan proses rekonstruksi bagian-bagian fosil. “Dari identifikasi sekilas kami tahu itu tempurung kura-kura. Tapi kura-kura dari spesies yang mana kami belum tahu, masih diteliti,” kata dia.

Proses konservasi dilakukan di laboratorium BPSMP Sangiran. Setelah proses konservasi dan identifikasi selesai, Rus menerangkan, fosil akan dipajang di Ruang Display I. “Setiap ada temuan baru yang menarik selalu kita pajang di situ. Apalagi kondisi fosil yang ditemukan lumayan utuh, sekitar 60 persen,” terang dia.

Sementara itu, anggota Staf Seksi Pemanfaatan BPSMP Sangiran, Gunawan, menguraikan, fosil tempurung kura-kura ditemukan oleh Suprapto, warga Krikilan, Kalijambe. Berdasarkan aturan, setiap warga berkewajiban menyerahkan setiap fosil yang ditemukan di Situs Sangiran. Pelanggaran terhadap aturan tersebut bisa dijerat pidana.

Data Fosil
1. Kondisi: 60 persen
2. Panjang: 50 cm
3. Lebar: 53 cm
3. Tebal: 2,7 cm
Sumber: Hasil wawancara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya