SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p lang="zxx"><b>Solopos.com, SOLO &ndash;</b> Belanja adalah hal menyenangkan yang digemari banyak orang, khususnya wanita. Tapi, jika berlebihan tentu tidak baik bagi kantong dan juga kesehatan mental. Sebab, sejumlah ahli menyebut gila belanja atau yang dikenal dengan istilah oniomania atau <i>compulsive buying disorder </i><span>(CBD) masuk dalam kategori penyakit mental. </span></p><p lang="zxx">Dilansir <i>The Independent, </i><span>Rabu (8/8/2018), seorang psikolog dari Hannover Medical School, Jerman, Astrid Mueller, menyebut fenomena gila <a href="http://pojokbisnis.solopos.com/read/20180808/488/932614/mau-investasi-mudah-mulai-rp10.000-klik-di-sini">belanja</a> meningkat selama dua dekade terakhir di Amerika dan Eropa. </span><span>Hal itu ditandai dengan meningkatnya jumlah </span><i>shopaholic </i><span>alias orang yang gemar belanja. </span></p><p lang="zxx"><span>"Sudah saatnya memahami bahwa gila belanja merupakan sebuah gangguan kesehatan mental. Terbukti, banyak orang yang membeli berbagai barang hanya karena tergiur diskon tanpa memikirkan kegunaannya," terang Astrid Mueller. </span></p><p lang="zxx"><span>Menurut laporan </span><i>Psych Guides, </i><span>CBD berada selevel di bawah gangguan kleptomania atau dorongan untuk mencuri. Orang yang menderita CBD ini sering merasa cemas yang hanya bisa diatasi dengan cara berbelanja. Selama ini, belanja merupakan salah satu cara untuk mengatasi emosi negatif. </span></p><p lang="zxx"><span>Dalam kasus tertentu, ada beberapa orang yang <a href="http://lifestyle.solopos.com/read/20180807/485/932377/sambut-kelahiran-si-kecil-yuk-persiapkan-5-barang-ini">berbelanja</a> dengan sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui orang lain, khususnya pasangan. Apalagi jika barang yang dibeli berharga mahal. Gangguan semacam ini bisa dialami siapa saja, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah. </span></p><p lang="zxx">Barang yang dibeli <i>shopaholic </i>tidak selalu mahal. Mereka seringkali membeli barang berharga murah karena tergiur diskon. Padahal, belum tentu barang tersebut mereka butuhkan. Cara ini seringkali dilakukan untuk memberi kepuasan dan menghilangkan kecemasan akibat emosi negatif.</p><p><span lang="zxx"><span>Meski umum dilakukan, gila belanja dikategorikan sebagai salah satu penyakit mental oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Shekhar Saxena, direktur WHO yang khusus </span></span><span lang="zxx"><span>menangani penyakit mental mengatakan, gila <a href="http://lifestyle.solopos.com/read/20180806/485/931844/tips-keuangan-belanja-makin-irit-pakai-kartu-kredit">belanja</a> dan kecanduan </span></span><span lang="zxx"><i>game </i></span><span lang="zxx"><span>merupakan gangguan mental yang setara. Pernyataan itu dibuat berdasarkan sejumlah hasil penelitian yang membuktikan adanya hubungan antara keinginan belanja dengan kondisi psikologis seseorang. </span></span></p>

Promosi Siap Layani Arus Balik, Posko Mudik BRImo Hadir di Rute Strategis Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya