SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA — Wakil Ketua Umun Gerindra Sufmi Dasco mengatakan kalau Prabowo Subianto pernah merasa kubunya di Pilpres 2019 lalu dimasuki “penumpang gelap” yang ingin memperkeruh situasi. Tetapi, Dasco tidak menyebut penumpang gelap yang dimaksud.

“Dalam situasi terakhir dia ngomong sama kita, ‘ini kalau kita mau dia adu-adu terus, kita mau diaadu domba, kita mau terus dikorbanin juga’. Dia (Prabowo) bilang saya akan ambil satu tindakan yang akan bikin orang-orang itu enggak terduga,” ujar Dasco di Hotel Ashley, Jakarta Pusat, Jumat (9/8/2019), dilansir Suara.com.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Dasco menyebut Prabowo menyadari betul kehadiran pihak ketiga yang ternyata ikut bertarung dalam Pilpres 2019 lalu. Tak mau kecolongan lebih jauh, kata Dasco, Prabowo kemudian mengambil langkah guna membuat penumpang gelap menyingkir.

“Ya ada tadi dibilang penumpang-penumpanh gelap misalnya itu bukan kemudian kita singkirkan, (ada strategi) ini karena Prabowo jenderal perang bos. Ya dia langsung banting setir, orang-orang gigit jari lah,” katanya.

Menurutnya langkah yang diambil jenderal bintang dua itu ternyata berhasil. Pada tahap pertama, Prabowo yang awalnya tidak mau membawa masalah Pilpres ke Mahkamah Konstitusi (MK), tetapi mengajukan gugatan meski akhirnya ditolak.

“Pertama MK, itu tidak disangka tidak diduga bahwa Prabowo akan mengumumkan kepada para pendukungnya untuk tidak melakukan demo, tidak datang ke MK. Sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, itu di luar dugaan banyak orang. Nah itu yang namanya penumpang gelap yang gigit jari di situ itu, baru MK waktu sidang mahkamah konstitusi,” tutur Dasco.

Tindakan membawa sengketa Pilpres ke MK tersebut ternyata mendapat masukan dari pihak tertentu yang menyarankaan strategi lain kepada Prabowo.

Meski demikian, Dasco menyebut ada juga pihak di kubu Prabowo yang saat itu memberikan saran agar situsi pasca Pasca Pilpres 2019 semakin memanas. Salah salah satunya ada usulan agar memanfaatkan emak-emak dan ulama untuk turun di barisan depan.

“Lalu kemudian sesudah MK masih ada tuh ada yang [beri usul] ngomong sama Pak Prabowo saya terus terang saja, [mereka bilang] ‘Pak kalau mau rakyat marah, ulama disuruh ke depan, emak-emak disuruh ke depan biar jadi korban banyak [terus] rakyat marah’,” ujar Dasco menirukan pihak yang maksud saat usul ke Prabowo.

Namun saat itu saran tersebut langsung ditolak oleh Prabowo lantaran tidak ingin jatuh korban dari kalangan ulama dan emak-emak. Usul tersebut kemudian dibalas oleh Prabowo dengan rencana pertemuan dengan Jokowi selaku presiden terpilih periode 2019 – 2024 yang sudah diatur secara diam-diam.

“Prabowo pikir emang gua bodoh dia bilang begitu, kan kasihan ulama sama emak-emak mau dikorbanin. Nah untuk lihat seperti ini untuk kemudian keutuhan NKRI bukan kemudian kita minta menteri, dirancanglah pertemuan rekonsiliasi itu secara diam-diam secara senyap saja. Tiba-tiba untuk kesatuan bangsa ketemu lah dua tokoh ini di stasiun MRT,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya