SOLOPOS.COM - Abdi dalem mengawal gunungan Jaler dan gunungan Estri saat Grebeg Gunungan Idul Adha dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menuju Masjid Agung Solo, Jumat (26/10/2012) Setelah didoakan, gunungan Jaler diperebutkan di Masjid Agung sementara gunungan Estri diperebutkan warga di halaman Keraton Solo. (Foto: JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Warga berebut gunungan Estri saat Grebeg Gunungan Idul Adha di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Jumat (26/10/2012). Setelah didoakan, gunungan Jaler diperebutkan di Masjid Agung sementara gunungan Estri diperebutkan warga di halaman Keraton Solo. (Foto: JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Abdi dalem mengawal gunungan Jaler dan gunungan Estri saat Grebeg Gunungan Idul Adha dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menuju Masjid Agung Solo, Jumat (26/10/2012) Setelah didoakan, gunungan Jaler diperebutkan di Masjid Agung sementara gunungan Estri diperebutkan warga di halaman Keraton Solo. (Foto: JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

SOLO–Gerebeg Besar, Jumat (26/10/2012) digelar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dalam memperingati Idul Adha.

Sepasang gunungan bernama gunungan jaler dan gunungan estri diarak. Kedua gunungan itu menyimbolkan kesuburan, antara laki-laki dan perempuan. Gunungan jaler berbentuk runcing berisi aneka hasil bumi, seperti kacang panjang, terong dan cabai, sedangkan gunungan estri berbentuk tumpul dengan isian makanan dari ketan yakni rengginan.

Seperti gerebek-gerebek sebelumnya, prosesi perebutan gunungan memang cukup singkat. Dalam hitungan menit, pengunjung yang sebagian besar berniat ngalap berkah langsung menyerbu sepasang gunungan tersebut.

Namun, menurut Wakil Pengageng Sasana Wilopo, KP Winarno Kusumo, saat ditemui Solopos.com, Jumat, proses pembuatan gunungan cukup memakan waktu. Terutama pembuatan rengginan. ”Tak semua orang bisa membuat [rengginan]. Saat ini pembuatannya masih dilakukan turun-temurun,” ujar Winarno.

Salah seorang abdi dalem parden yang bertugas membuat gunungan adalah Sri Hastuti, 38. Keahliannya membuat gunungan, terlebih membuat rengginan, didapatkannya dari almarhum ayahnya, Prapto Wiyono. Menurut Tutik, sapaan akrab Sri Hastuti, ayahnya pun memperoleh keahlian itu dari sang kakek. Sudah sejak usia 16 tahun Tutik mendampingi ayahnya di koken, dapur Keraton Solo. Mula-mula, ia diarahkan untuk melihat baru sedikit demi sedikit mencoba menjadi asisten ayahnya.

Perlu rasa khusus untuk mengolah beras ketan agar menjadi rengginan yang khusus dibuat untuk gunungan. Tidak terlalu lembek, juga tak terlampau keras. Proses membuatnya dimulai dengan pemasakan dengan dandang, pencetakan, penjemuran, penggorengan hingga peroncean untuk menjadi wujud gunungan.

Proses terlama adalah penjemuran. Butuh waktu empat hingga lima hari. Jika mentari tak cukup terik, waktu yang digunakan semakin lama.

Dalam Garebeg Besar kali ini, jumlah gunungan hanya sepasang. Tak seperti saat Garebeg Mulud yang bisa mencapai delapan pasang. Cukuplah 15 hari bagi Tutik dan dibantu sekitar 10 abdi dalem lainnya untuk menggarap sepasang gunungan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya