SOLOPOS.COM - Salah satu inisiator Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen Untuk Indonesia Natalia Soebagjo menyampaikan pernyataan saat peluncuran gerakan itu lewat aplikasi Zoom, Rabu (28/10/2020). (Espos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Gerakan Indonesia Kita (Gita) bersama para tokoh nasional dari pelbagai latar belakang profesi menginisiasi Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen Untuk Indonesia. Gerakan ini diluncurkan lewat Zoom Meeting, Rabu (28/10/2020).

Kegiatan ini bertujuan untuk menggalang partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kapasitas pelayanan kesehatan lewat swab test massal untuk menekan pandemi Covid-19 .

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lewat aplikasi Zoom, sejumlah inisiator dan pakar menjelaskan gerakan tersebut dengan dipandu moderator yang juga seorang artis Olga Lydia. Peluncuran gerakan itu bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda sehingga nuansa semangat kepemudaan muncul dalam setiap paparan yang disampaikan inisiator.

Upah Minimum 2021 Tidak Naik, Ini Penjelasan Manaker

Olga menyebut sejumlah inisiator, seperti mantan Wakil Presiden Budiono, mantan Menteri Agama Lukman Hakim Syaifudin, Rizal Malarangeng, K.H. Mustofa Bisri (Gus Mus), Natalia Soebagjo dari Gerakan Solidaritas, ahli wabah dr. Pandu Riono, dan sejumlah tokoh lainnya.

Inisiator gerakan solidaritas tersebut, Pandu Riono, mengatakan tes itu jalan menuju pandemi terkendali di Indonesia. Lewat gerakan sejuta test itu, kata dia, jumlah kasus Covid-19 bisa ditekan dengan baik. Pandu menyebut jumlah tes di Indonesia masih rendah. Pada pekan ke-41, Pandu menyebut jumlah tes baru 703 tes/1 juta penduduk. Artinya, hanya 70,3%dari target yang ditentukan WHO.

“Angka positivity rate masih cukup tinggi, yakni 13,6% atau 2,7 kali lebih tinggi dari target WHO per pekan ke-41 atau awal Oktober 2020. Angka kematian kumulatif menurun tetapi angkanya masih cukup tinggi, 3,5%,” katanya.

Tangkal Infodemik, Media Massa Bisa Jadi Sarana Atasi Pandemi Covid-19

Tidak Cukup 3M

Salah satu inisiator, Natalia Soebagjo, menerangkan gerakan solidaritas ini penting karena dengan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) tidak cukup . Dia menyebut pemerintah memiliki tugas 3T, yakni testing, tracing, dan treatment. Natalia berharap masyarakat tidak takut tes karena tingkat testing di Indonesia baru 16.000/1 juta orang. Angka itu dianggap Natalia masih jauh di bawah standar.

“Kenapa rendah angka testing di Indonesia? Karena biaya mahal. Antigen menjadi solusi karena harga terjangkau dan akurasinya cukup baik. Gerakan ini ada dua tujuan. Yakni sebanyak mungkin masyarakat ikut menyumbang dalam pengadaan alat antigen dan gerakan menyalurkan alat-alat itu kepada pihak-pihak yang tepat,” ujarnya.

Sekretaris Pusat Riset Bioteknologi Molekuler dan Bio-informatika Universitas Padjadjaran, Muhammad Yusuf, menjelaskan tes PCR akurat tetapi kecepatan hasilnya lama karena keterbatasan alat. Oleh karenanya, Yusuf yang juga peneliti itu mengatakan Indonesia membutuhkan tes cepat dalam hitungan menit supaya potensi orang menularkan virus itu bisa dikendalikan karena bisa dideteksi sejak dini.

Bantuan Sosial Tunai Akan Diperpanjang Hingga Juni 2021, Ini Besarannya

“Akurasi tes antigen ini tidak sebaik PCR tetapi bisa mendeteksi jumlah virus dalam sampel sehingga orang yang berpotensi menularkan bisa diketahui. Alat ini diproduksi mandiri lewat mitra industri. Indonesia harus swasembada solusi Covid-19,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya