SOLOPOS.COM - Ilustrasi menggesek kartu untuk transaksi nontunai. (hindustantimes.com)

Gerakan Nontunai di Kota Semarang berlanjut dengan melengkapi 46 pedagang kaki lima di Simpang Lima dan Taman KB dengan mesin gesek kartu BNI.

Semarangpos.com, SEMARANG — Dinas Perdagangan Kota Semarang bersama BNI terus menambah jumlah pedagang kaki lima (PKL) yang dijadikan proyek percontohan transaksi nontunai dalam kampanye cashless society. Jika semula direncanakan lapak 30 PKL Simpang Lima dan Taman KB dilengkapi peranti electronic data capture (EDC), pada kenyataannya jumlahnya menggembung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebanyak 46 pedagang kaki lima di Kota Semarang kini telah dipasangi peranti electronic data capture (EDC) di lapak mereka. “Kami bekerja sama dengan BNI untuk menempatkan alat EDC ini. Ada 46 alat, yakni 30 unit di PKL Simpang Lima dan 16 unit di PKL Taman KB,” papar Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang Fajar Purwoto di Kota Semarang, Rabu (11/10/2017).

Sebelumnya, Semarangpos.com yang mengutip Kantor Berita Antara, mengungkap rencana pemasangan 30 mesin gesek kartu BNI di gerai parai PKL Simpang Lima dan Taman KB Kota Semarang tersebut. Pemasangan peranti EDC itu diterapkan Dinas Perdagangan Kota Semarang dalam rangka gerakan nontunai alias e-bayar dalam rangka mengampanyekan cashless society di Kota Semarang yang diharapkan berkembang sebagai smart city ini.

[Baca juga 30 PKL Simpang Lima dan Taman KB Kini Layani Transaksi Nontunai]

Menurut dia, pembayaran secara nontunai sekarang ini sudah banyak dilakukan masyarakat, baik di dalam maupun luar Kota Semarang sehingga pelayanan e-bayar perlu disiapkan di PKL-PKL Kota Semarang. “Sekarang ini, baru 46 PKL yang dipasangi. Namun, kami akan terus kembangkan. Rencananya, Oktober ini semua PKL di Simpang Lima Semarang sudah terpasangi EDC untuk transaksi nontunai,” katanya.

Sebelum memasang alat gesek kartu BNI di lapak-lapak PKL itu, Dinas Perdagangan terlebih dulu membuka pendaftaran bagi PKL yang ingin melayani transaksi nontunai atau pembayaran secara elektronik yang tercakup dalam program e-bayar. “Program ini baru kami terapkan pada PKL di kawasan Simpang Lima dan Taman KB yang selama ini sudah menjadi ikon kuliner di Kota ATLAS. Banyak wisatawan yang menjadikannya sebagai jujukan,” katanya.

Diakuinya, target semula jumlah PKL yang menjadi pilot project program e-bayar tersebut hanya 30. Nyatanya, ada 46 PKL kuliner di kedua kawasan itu yang bersedia mengikuti program e-bayar dengan dipasangi alat EDC.

Bisa jadi, kata Fajar mengungkap prediksinya, dalam lima hingga enam tahun ke depan warga Semarang tidak lagi membawa uang tunai seperti negara-negara tetangga yang sudah lebih dulu menerapkan sistem pembayaran nontunai.

Sugeng, salah satu PKL di kawasan Simpang Lima menyambut baik program e-bayar yang diiniasi Dinas Perdagangan Kota Semarang, mengingat sudah banyak pembeli menanyakan pembayaran nontunai. “Pastinya, kami menyambut baik. Kadang, banyak pembeli yang nanya bisa bayar dengan nontunai enggak. Kami terbantu karena Dinas Perdagangan memfasilitasi pemasangan alat untuk nontunai,” katanya.

Ia menyebutkan setidaknya ada 90 PKL yang berada di kawasan tersebut dan sekitar 80 PKL sudah mendaftar untuk mengikuti program e-bayar agar bisa melayani pembeli dalam membayar nontunai. “Kalau soal alatnya memang baru, wajar masih bingung. Sama saja dengan ponsel dulu, kan kami enggak bisa pakai HP, tetapi akhirnya bisa. Ya, hanya perlu diajari dan belajar saja,” pungkasnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya