SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SLEMAN—Hingga Selasa (23/8) siang, pihak SMA N 1 Depok belum menerima laporan resmi terkait tawuran pelajar yang terjadi di depan gedung Jogja Expo Center (JEC), Banguntapan, Bantul, Minggu (21/8) dini hari lalu.

“Kami baru tahu dari berita di koran. Belum ada polisi maupun pihak orangtua korban yang melapor ke sekolah,” kata salah satu guru SMA N 1 Depok, Jarwo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seperti diberitakan sebelumnya, tawuran yang melibatkan lebih dari 50 pelajar itu mengakibatkan tiga korban harus dilarikan ke RS. Dua di antaranya adalah Feri Ardi, siswa SMA N 1 Depok dan Aditya Baskoro, siswa SMA 3 Muhamadiyah Jogja. Tawuran itu bermula saat salah satu pemuda meneriakkan “BBC”.

Jarwo juga baru tahu dari koran kalau salah satu siswanya, Feri Ardi, sempat kritis karena luka bacok di punggung. Pihak sekolah belum menengok korban yang kini masih dirawat di RS Pantirapih, Jogja.

Meski masih dalam penyelidikan kepolisian, satpam SMA N 1 Depok, Suroto menduga penyebab pecahnya tawuran itu karena dendam lama kedua kubu. Pasalnya, selama Ramadan ini SMA N 1 Depok sudah tiga kali diteror aksi pelemparan batu.

“Pelemparan batu itu selalu dilakukan tiap Minggu dini hari,” ungkap Suroto. Pelakunya adalah segerombolan pemuda yang berboncengan motor. Setelah menimpuki gerbang sekolah, gerombolan itu langsung tancap gas.

Berkat tegasnya pihak kepolisian, tawuran pelajar kini jarang berlangsung pada siang hari. Kondisi itu jauh berbeda pada 2006 silam. Waktu itu, SMA N 1 Depok bisa dua hingga tiga kali diserang gerombolan pelajar dari sekolah lain.

“Lima tahun lalu, bentrokan kerap terjadi setiap jam pulang sekolah. Saking kewalahan mengatasi bentrokan, banyak satpam mengundurkan diri meski belum satu tahun bekerja,” kenang Suroto.

Adapun Kuntoro, tokoh masyarakat di wilayah Babarsari, membenarkan jika ada sebagian siswa SMA N 1 Depok tergabung dalam geng BBC. Namun, pihaknya tidak tahu pasti keterlibatan geng itu dalam tawuran di depan JEC.

“Sejak saya masih SMA, sudah ada geng pelajar. Waktu itu saya tergabung dalam geng Qzruh yang sampai hari ini masih eksis,” ujar alumnus SMA N 1 Depok angkatan tahun 1989 itu saat ditemui di rumahnya.

Menurut pria yang akrab disapa Bang Toro itu, tawuran pelajar kali ini lebih terselubung karena kecanggihan teknologi. Cukup saling ejek lewat sms atau facebook, para pelajar bisa terpancing emosinya. Menghimpun massa sewaktu-waktu juga lebih mudah dengan hape.

Pada 2008 silam, seluruh anggota geng BBC pernah dikumpulkan di Polsek Depok Barat karena kasus pengeroyokan terhadap seorang warga asal luar Jawa hingga kritis. Namun saat diminta membubarkan organisasi BBC, seluruh anggotanya kompak menolak.

“Alasannya, BBC bukanlah geng. Sebab, tidak semua anggotanya terlibat dalam aksi anarkis,” ujar Kasi Humas Polsek Depok Barat Aiptu Afandi. Menurut Afandi, anggota geng BBC bukan hanya sebagian siswa SMA N 1 Depok yang masih aktif. Para alumnus SMA N 1 Depok pun juga masih terlibat dalam geng tersebut.

“Untuk membina mereka juga sulit. Sebab, geng itu tidak memiliki markas atau tongkrongan tetap,” pungkas Affandi.(Harian Jogja/Dinda Leo Listy)

Foto Ilustrasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya