SOLOPOS.COM - Fina Sunardiyah. (Istimewa)

Derap perkembangan di semua lini kehidupan terjadi semakin cepat. Kemajuan teknologi informasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat saat ini. Laju informasi dan pengetahuan pun bergerak begitu cepat tanpa kendala.

Semua berubah dalam hitungan sekian detik. Mulai dari proses penggalian informasi, penyebaran berita, tren, teknologi hingga berbagai produk mutakhir terjadi sangat cepat. Seakan mereka yang bergerak lamban akan tergilas dan tertinggal jauh di belakang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Untuk proses perubahan besar itu, kepemimpinan model lama pun tidak akan cocok lagi dan oleh karena itu harus dikoreksi atau dikembangkan. Dengan generasi muda di Indonesia yang tumbuh begitu pesat, gaya kepemimpinan yang muncul pun harus menyesuaikan ritme dan polanya. Generasi milenial yang saat ini memengaruhi banyak hal juga harus dipimpin dengan gaya kepemimpinan milenial.

Mendengar kata milenial, banyak dari orang yang menganggap generasi yang punya sebutan lain generasi Y ini adalah generasi kutu loncat di dunia kerja. Menurut survei yang dilakukan oleh Jobstreet Indonesia, sebesar 66 persen generasi milenial atau mereka yang lahir pada era 1980-an hingga 1990-an gemar berpindah kerja kurang dari dua tahun.

Terdapat beberapa alasan mengapa generasi milenial menjadi kutu loncat, yakni mulai dari alasan di mana tidak mau merasa dikekang dalam pekerjaan, memilih gaji yang tinggi, demi kepuasan pribadi, budaya kerja yang tidak sesuai, mencari work life balance, hingga mencari tempat yang dapat memberikan kesempatan untuk belajar dan berkembang.

Generasi milenial lahir dan tumbuh di era perkembangan teknologi dan memiliki kemampuan menggunakan teknologi lebih baik dibanding generasi sebelumnya. Kemampuan ini menjadikan mereka mudah mencari informasi, lebih kreatif dan inovatif. Berdasarkan hal tersebut apakah generasi milenial pantas untuk menjadi bos yang kompeten?

Kepemimpinan milenial diterjemahkan sebagai kepemimpinan masa kini yang menyesuaikan dengan gaya generasi baru yang lahir pada era 1980-an. Pola kepemimpinan milenial tidak sama dengan pola kepemimpinan lama dari generasi sebelumnya.

Tahun kelahiran 1980-an memegang peran penting karena generasi tersebut saat ini memasuki masa paling produktif. Di usia 30-an tahun, generasi inilah yang menggerakkan dunia kerja, dunia kreativitas, dunia inovasi dan memengaruhi pasar dan industri global yang ada sekarang  dan sedang menggelinding di lapangan kompetisi dunia kerja, dunia kreativitas dan dunia inovasi. Karena itu pula generasi yang lahir pada era 1980-an ke atas biasa disebut generasi milenial. Dengan merujuk pada generasi itu, gaya kepemimpinan yang dibangun pun perlu beradaptasi dengan pola pikir dan gaya hidup mereka. Ketika kepemimpinan yang ada hendak melakukan revolusi mental pada bangsa, generasi inilah yang menjadi target penting untuk di sasar.

Beberapa karakter generasi milenial ini adalah, pertama, generasi milenial sangat update dan gandrung dengan teknologi, banyak dari mereka menjadi pemimpin dari sebuah perusahaan startup. Misalnya, Mark Zuckerberg sebagai founder dari Facebook, Nadiem Makariem yang merupakan founder Gojek, Ria Sarwono yang merupakan founder Cottonink, dan masih banyak lagi.

Kedua, generasi milenial lebih memiliki keberanian dalam berinovasi. Mereka lebih termotivasi menciptakan startup atau merintis usaha dan bisnis baru. Karena itu merupakan bagian dari tantangan yang membuat adrenalin mereka mengalir. Ketiga, generasi milenial lebih menyukai independensi dan kemandirian. Independensi ini merupakan kebutuhan yang lahir dari gaya hidup yang ingin lebih bebas dan mandiri dalam melakukan sesuatu.

Keempat, generasi milenial lebih menyukai sesuatu yang instan. Mungkin ciri ini bisa dipersepsikan secara positif atau negatif. Positifnya, generasi ini menyukai sesuatu yang praktis dan simpwel. Negatifnya, generasi ini mungkin memiliki daya tahan yang lebih rendah terhadap tekanan dan stres karena terbiasa melakukan sesuatu dengan cepat dan instan sehingga kurang sabar jika hasil yang diperoleh tidak mucul seketika.

Dengan memahami karakter generasi milenial ini, kepemimpinan yang muncul pun perlu menjadi bagian dari figur yang cocok dengan mereka. Penerjemahan tentang kepemimpinan milenial ini pun fleksibel dan belum ada definisi mutlak dari pakar kepemimpinan. Meski demikian, beberapa yang dapat ditekankan dalam pola kepemimpinan ini antara lain, pertama, kepemimpinan milenial perlu memahami dan memakai pola komunikasi generasi milenial yang dipimpinnya.

Misalnya pemimpin milenial tidak segan menggunakan media sosial seperti Twitter, Facebook, Istagram, Youtube, Metube, Tiktok dan saluran komunikasi terbaru yang memang arus utama dalam kehidupan generasi baru itu. Kedua, kepemimpinan milenial perlu mendorong inovasi, kreativitas dan jiwa entrepreneurship generasi baru itu. Semua saluran inovasi, kreativitas, dan entrepreneurship harus dirancang dengan baik dan konkret.

Tidak hanya berisi wacana saja, tetapi juga terdapat proses yang benar-benar dapat dinikmati oleh generasi milenial untuk mengembangkan dirinya. Misalnya pemimpin milenial perlu membangun pusat-pusat kreativitas di setiap kota, membangun sebanyak mungkin workshop dengan peralatan dan teknologi terbaru dengan maksud agar gagasan dan ide generasi milenial itu tersalurkan. Ketiga, kepemimpinan milenial perlu mendukung kemandirian dan jiwa entrepreneurship generasi milenial. Membangun bangsa harus memiliki fondasi utama yakni kemandirian dan entrepreneurship.

Laju perkembangan zaman saat ini telah mempengaruhi segala aspek, tidak terkecuali aspek kepemimpinan. Pada era generasi milenial saat ini pergolakan dan tantangan untuk memiliki pemimpin yang sesuai dengan era saat ini sangatlah besar. Sebab, pola kepemimpinan milenial tidak sama dengan pola kepemimpinan lama dari generasi sebelumnya.

Gaya kepemimpinan yang dibangun pun perlu beradaptasi dengan pola pikir dan gaya hidup dari generasi milenial yang ada karena generasi inilah yang menggerakkan dunia kerja, dunia kreativitas, dunia inovasi dan memengaruhi pasar dan industri global yang ada sekarang dan sedang menggelinding di lapangan kompetisi dunia kerja, dunia kreativitas dan dunia inovasi.

Kepemimpinan pada era milenial memiliki pendekatan yang khas karena digitalisasi yang merambah dunia kerja tidak lagi memungkinkan pemimpin untuk bertindak secara konvensional. Adapun dalam hal pola kepemimpinan, kepemimpinan milenial perlu memahami dan memakai pola komunikasi generasi milenial yang dipimpinya.

Di samping itu, kepemimpinan milenial perlu mendorong inovasi, kreativitas dan jiwa entrepreneurship generasi baru kita. Semua saluran inovasi, kreativitas dan entrepreneurship harus dirancang dengan baik dan konkret. Tidak hanya berisi wacana saja, tetapi juga terdapat proses yang benar-benar dapat dinikmati oleh generasi milenial untuk mengembangkan dirinya.

Selain hal-hal tersebut, seorang pemimpin milenial juga harus memiliki jiwa dan kemampuan untuk menjadi observer dan pendengar yang baik, pantang menyerah,berani tampil beda, lincah dalam memfasilitasi perubahan, mencintai ilmu, berfikir strategis dan kreatif, dan memiliki komitmen. Go! Millennials can be leaders too!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya