SOLOPOS.COM - Perbatasan antara Gaza di Palestina dan wilayah Israel. (Reuters)

Solopos.com, GAZA — Gencatan senjata di Jalur Gaza Palestina sesuai proposal Mesir memunculkan sikap berbeda di antara dua kubu bertikai. Warga Palestina yang diwakili faksi Hamas seperti biasa merasa menang sementara itu bagi warga Israel malah merasa pesmistis kondisi damai akan bertahan lama.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, gencatan senjata antara Hamas dan Israel itu dimulai Jumat (21/5/2021) pukul 06.00 WIB atau pukul 02.00 waktu setempat. Gencatan senjata itu berlangsung sesuai gagasan Mesir dan disambut baik banyak warga dunia.

Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden berjanji akan menyelamatkan kehancuran akibat pertempuran terparah dalam beberapa tahun. Biden menjanjikan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina di Jalur Gaza.

Baca Juga: Zodiak Ini Menurut Astrologi Paling Ambisius

Saat hitungan mundur gencatan senjata pukul 02:00 waktu setempat, kedua pihak masih sempat saling serang. Serangan roket Palestina masih berlanjut, begitu juga Israel meluncurkan setidaknya satu serangan udara.

Masing-masing pihak mengaku siap membalas pelanggaran gencatan senjata apa pun oleh pihak lawan. Kairo mengatakan akan mengutus dua delegasi guna memantau gencatan senjata.

Hamas, kelompok yang menguasai Jalur Gaza, merencanakan perayaan publik atas apa yang disebutnya sebagai kemenangan atas musuh yang lebih kuat secara militer dan ekonomi.

Ketenangan Terasa Pahit

Di Israel ketenangan yang menyertai gencatan senjata itu dirasa pahit. "Bagus bahwa konflik akan berakhir, namun sayangnya saya merasa kita tidak punya banyak waktu sebelum eskalasi berikutnya," kata Eiv Izyaev, insinyur berusia 30 tahun, di Tel Aviv.

Sejak pertempuran berlangsung pada 10 Mei, pejabat kesehatan di Gaza menyebutkan bahwa 232 warga Palestina, termasuk 65 anak-anak, tewas dan lebih dari 1.900 orang terluka akibat bombardir udara. Israel mengaku telah menewaskan setidaknya 160 petempur di Gaza.

Otoritas menyebutkan jumlah korban tewas di Israel sebanyak 12 orang, dengan ratusan orang dirawat karena cedera akibat serangan roket yang menyebabkan kepanikan dan membuat warga mengungsi. Di tengah maraknya peringatan gobal, Biden mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar mengupayakan deeskalasi. Sementara Mesir, Qatar dan PBB berupaya untuk melakukan mediasi.

Baca Juga: Ini Kata Pakar Kuliner soal Bipang dan Jipang...

Dalam pidato pada Kamis (20/5), Biden menyampaikan belasungkawa untuk Israel dan Palestina. Ia juga mengatakan Washington akan bekerja sama dengan PBB "dan pemangku kepentingan internasional lainnya untuk memberikan bantuan cepat kemanusiaan" untuk Gaza. Menurut Biden, bantuan akan dikoordinasikan dengan Otoritas Palestina (PA)—yang dikelola rival Hamas, Presiden Mahmoud Abbas, dan berbasis di Tepi Barat yang diduduki Israel—dengan cara yang tidak mengizinkan Hamas memasok kembali persenjataan militer mereka.

Hamas dianggap sebagai kelompok teroris oleh Barat dan Israel, yang menolak mengakuinya. Kekerasan bermula dari kemarahan rakyat Palestina atas apa yang mereka serang lantaran Israel mengekang hak-hak mereka di Yerusalem, termasuk selama bentrokan polisi dengan pengunjuk rasa di Masjid Al-Aqsa.

Hamas sebelumnya menuntut agar setiap penghentian pertempuran di Gaza dibarengi dengan penarikan mundur pasukan Israel di Yerusalem. Pejabat Israel mengatakan kepada Reuters bahwa tidak ada syarat seperti itu dalam gencatan senjata.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya