SOLOPOS.COM - Suasana cerah di sekitar Patung Kuda, Simpang Lima Kota Boyolali, Jumat (2/9/2022). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, BOYOLALI — Kabupaten Boyolali genap berusia 176 tahun pada Senin (5/6/2023), usia yang cukup tua dengan perjalanan panjang sejarah dan asal-usul yang cukup unik. Selama ini banyak yang mengira nama Boyolali berasal dari kata baya (buaya) dan lali (lupa).

Bahkan ada komedian yang memelesetkan nama Boyolali yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dalam leluconnya menjadi crocodile forget yang artinya buaya lupa. Namun, asal-asal kabupaten di lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu ini tidaklah sesimpel itu.

Promosi Pegadaian Area Surabaya 2 Gelar Festival Ramadan 2024 di 2 Lokasi

Mengutip artikel di laman resmi Pemkab Boyolali boyolali.go.id, legenda nama Boyolali berhubungan dengan cerita perjalanan Ki Ageng Pandan Arang, Bupati Semarang pada abad XVI. Mungkin karena itu pula nama Boyolali belum dikenal pada masa Kerajaan Demak Bintoro maupun Kerajaan Pengging.

Dalam Babad Pengging Serat Mataram, nama Boyolali tidak disebutkan. Konon kisah asal-usul nama Boyolali berasal dari ucapan Ki Ageng Pandan Arang atau yang lebih dikenal dengan nama Tumenggung Notoprojo. Dikisahkan bahwa Ki Ageng Pandan Arang diramalkan oleh Sunan Kalijaga akan menjadi wali penutup menggantikan Syeh Siti Jenar.

Sunan Kalijogo kemudian mengutus Ki Ageng Pandan Arang untuk pergi ke wilayah Gunung Jabalakat di Tembayat (saat ini Kecamatan Bayat, Klaten) untuk syiar agama Islam. Dalam perjalanannya dari Semarang menuju Tembayat, Ki Ageng Pandan Arang banyak menemui rintangan dan batu sandungan sebagai ujian.

Ia berjalan cukup jauh meninggalkan anak dan istri. Ketika berada di salah satu hutan belantara, Ki Ageng Pandan Arang dirampok oleh tiga orang yang mengira ia membawa harta benda. Namun, dugaan para perampok itu keliru. Lokasi tempat perampokan itu sekarang dikenal dengan nama Salatiga.

Perjalanan Ki Ageng Pandan Arang berlanjut hingga sampai lah disuatu tempat yang banyak pohon bambu kuning atau bambu ampel dan tempat itu sekarang dikenal dengan nama Ampel yang merupakan salah satu kecamatan di Boyolali. Pada titik ini, Ki Ageng Pandan Arang semakin meninggalkan anak dan istrinya.

Sambil menunggu mereka, Ki Ageng Pandan Arang beristirahat di batu besar di tengah sungai. Saat istirahat itu, ia berucap “bayawis lali wong iki,” yang artinya “Sudah lupakah orang ini?”

Batu Mirip Dakon

Dari kata “bayawis lali” itulah asal-usul nama Boyolali muncul sebagai nama daerah tempat batu besar itu berada. Batu besar itu diperkirakan berada di Kali Pepe yang membelah wilayah kota Boyolali. Sayangnya hingga sekarang belum ada penelitian yang membuktikan keberadaan batu tersebut.

Demikian juga dengan batu yang cukup besar di depan Pasar Sunggingan, Boyolali. Konon, menurut masyarakat setempat, batu itu dulu adalah tempat beristirahat Nyi Ageng Pandan Arang. Dalam istirahatnya, istri Ki Ageng Pandan Arang itu mengetuk-ngetukkan tongkatnya di batu ini hingga menjadi berlekuk-lekuk mirip dakon (mainan anak-anak tempo dulu).

Karena batu ini mirip dakon, masyarakat sekitar menyebutnya Mbah Dakon dan hingga sekarang batu ini dikeramatkan dan tak ada yang berani mengusiknya.

Atas dasar legenda Ki Ageng Pandan Arang itu pula setiap hari saat peringatan Hari Jadi Kabupaten Boyolali, jajaran pejabat Pemkab Boyolali berziarah ke Makam Sunan Pandanaran di Desa Paseban, Bayat, Klaten. Tak terkecuali pada tahun 2023 ini.

Bupati Boyolali M Said Hidayat dan jajaran Forkopimda Boyolali mengunjungi makam tersebut untuk berziarah pada Kamis (1/6/2023). Kedatangan rombongan Bupati Said saat itu disambut oleh Wakil Bupati Klaten Yoga Hardaya.

Di sisi lain mengenai asal-usul penetapan tanggal 5 Juni sebagai hari jadi Kabupaten Boyolali juga punya cerita tersendiri. Proses penetapan itu memakan waktu yang cukup lama dan perlu penelusuran sejarah yang panjang.

Mulai dari penelitian oleh Lembaga Penelitian Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo pada 1981. Setelah itu pada 23 Pebruari 1982 di Gedung DPRD Boyolali diselenggarakan seminar yang menyimpulkan tanggal 5 Juni 1847 sebagai Hari Jadi Kabupaten Boyolali.

Selanjutnya melalui Rapat Paripurna DPRD, 13 Maret 1982, ditetapkan Perda No 3/1982 tentang Sejarah dan Hari Jadi Kabupaten Boyolali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya