SOLOPOS.COM - Personel PT PLN Sulselrabar memulihkan aliran listrik di reruntuhan gempa d Majene, Sulawesi Barat. segera setelah terjadi gempa berkekuatan 6,2 pada skala Richter, pada Jumat dini hari. (Antara)

Solopos.com, JAKARTA — Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Daryono menilai produktivitas gempa di Majene Sulbar adalah fenomena aneh. Mengapa pimpinan Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami menilai gempa Sulawesi Barat itu tak lazim?

Menurutnya, gempa kuat di kerak dangkal (shallow crustal earthquake) dengan magnitudo 6,2 mestinya diikuti banyak gempa susulan. Akan tetapi, hasil monitoring BMKG menunjukkan hingga hari kedua pasca gempa utama 6,2 hingga saat ini baru terjadi 23 kali gempa susulan.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

"Ini fenomena aneh dan tidak lazim," tulisnya di akun Twitter-nya.

Ekspedisi Mudik 2024

5 Benda Ini Kata Fengsui Bawa Energi Buruk

Jika mencermati gempa Majene, tampak produktivitas gempa susulannya sangat rendah. Padahal stasiun seismik BMKG sudah cukup baik sebarannya di daerah tersebut sehingga, gempa-gempa kecil pun terekam dengan baik. Namun, hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa gempa Majene ini memang miskin gempa susulan.

100 Gempa Susulan

Gempa kemarin pagi adalah gempa ke-32 yang terjadi sejak terjadinya Gempa Pembuka dengan magnitudo 5,9 pada Kamis (14/1/2021) siang hari pukul 13.35 WIB. Namun, gempa ini menjadi gempa ke-23 pascagempa utama dengan magnitudo 6,2 pada Jumat (15/1/2021) pagi dinihari pukul 01.28 WIB.

"Jika kita bandingkan dengan kejadian gempa lain sebelumnya dengan kekuatan yang hampir sama, biasanya pada hari kedua sudah terjadi gempa susulan sangat banyak, bahkan sudah dapat mencapai jumlah sekitar 100 gempa susulan," paparnya.

Ini Zodiak Beruntung dan Sukses di 2021

Dia menjelaskan fenomena rendahnya produksi aftershocks di Majene ini hisa jadi disebabkan karena telah terjadi proses disipasi, di mana medan tegangan di zona gempa sudah habis sehingga kondisi tektonik kemudian menjadi stabil dan kembali normal.

Atau justru malah sebaliknya, dengan minimnya aktivitas gempa susulan ini menandakan masih tersimpannya medan tegangan yang belum rilis, sehingga masih memungkinkan terjadinya gempa signifikan nanti. Fenomena gempa bumi tak lazim Sulawesi Barat ini, lanjutnya, membuat warga patut menaruh curiga.

Itulah sebabnya, lebih baik kita patut waspada atas fenomena aneh ini. "Inilah perilaku gempa, sulit diprediksi dan menyimpan banyak ketidakpastian sehingga kita baru dapat mengkajinya secara spasial dan temporal. Akan tetapi, untuk mengetahui besarnya medan tegangan riil dan perubahannya pada kulit bumi masih sulit dilakukan," tutupnya.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya