SOLOPOS.COM - Supriyanto saat berada di lahannya yang ditanami porang, Desa Ngambarsari, Kecamatan Karangtengah, Wonogiri beberapa waktu lalu. (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI — Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau DPRD Wonogiri, Supriyanto, mempunyai kegemaran bertani. Salah satu tanaman yang saat ini ia budidayakan adalah porang.

Warga Desa Ngambarsari, Kecamatan Karangtengah, Wonogiri, itu mulai membudidayakan porang sejak 2016. Di lahan miliknya yang mempunyai luas 1,5 hektare itu ditanami porang sebanyak 3.600 bibit.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hari Pertama Buka, Warga Solo Rela Menunggu Untuk Jajal Flyover Purwosari

Saat menanam ribuan bibit itu, ia menghabiskan dana sebesar Rp90 juta. Saat ini, porang milik Supriyanto itu berusia hampir dua musim. Diprediksi, pada Juni 2021 bakal panen raya. Selama bertani dengan membudidayakan porang, anggota DPRD Wonogiri itu mengaku pernah panen raya selama satu kali. Namun, menurut dia hasilnya belum memuaskan.

“Saya coba belajar terus dan mencari pengetahuan dari internet. Dari situ saya lebih yakin dan semangat membudidayakan porang lagi,” kata Wakil Ketua Komisi IV DPRD Wonogiri itu, saat ditanya wartawan, Senin (21/12/2020).

Sedang Tren

Menurut Supriyanto, saat ini porang menjadi tanaman yang sedang ngetren di kalangan petani Kecamatan Karangtengah. Petani di lima desa di Karangtengah sudah mengenal porang dan menanamnya. Tren tanaman porang mulai berkembang sejak tujuh tahun lalu.

Supriyanto menilai, ke depan prospek porang cukup bagus. Karena porang bakal menjadi makanan alternatif pengganti beras. Ia juga meyakini, di masa depan porang akan merubah tren atau gaya hidup.

“Informasi yang saya peroleh dari pakar kesehatan maupun internet, umbi porang bagus untuk kesehatan. Karena kadar glukosa porang sangat rendah,” ungkap dia.

Bibit porang kualitas bagus atau yang biasa disebut katak, harga setiap kilogramnya mencapai Rp300.000. Setiap satu batang porang mampu menghasilkan umbi dengan berat sekitar tiga kilogram. Umbi bisa mencapai belasan kilogram jika penanaman lebih dari dua tahun.

“Lima tahun ke depan penjualan bibit porang masih sangat potensial. Karena kemungkinan petani porang belum begitu banyak. Namun, setelah lima tahun selanjutnya harga bibit porang akan stabil. Karena dimungkinkan petani porang sudah merata di wilayah Wonogiri,” ujar Supriyanto.

Ini Jadwal & Lokasi Rapid Test Antigen Massal di Jateng pada Momen Libur Ntaru

Menurut dia, hasil porang diekspor ke Taiwan, Korea dan Jepang. Di negara itu, porang diproses menjadi bahan baku pengganti beras sirataki dan mi sirataki. Sementara itu, pabrik yang ada di Indonesia baru mampu mengolah porang menjadi tepung atau berbentuk chip.

“Kalau petani di sini menjualnya ke pabrik Ponorogo Jawa Timur. Saat dijual masih dalam kondisi basah,” tandas Supriyanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya