SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Sikap pemerintah bertolak belakang dengan semangat reformasi yang saat ini tengah dibangun jika memberikan gelar pahlawan nasional untuk mantan Presiden Soeharto. Padahal usaha rakyat untuk menggulingkan rezim Seoharto dahulu tidaklah mudah.

“Kami para aktivis 98 yang dibantu oleh eksponen lainya, berhasil melakukan penggulingan pada rezim Soeharto. Dengan rencana pemberian gelar itu, ada yang terbalik,” ujar Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti dalam diskusi bertajuk ‘Eksponen 98 dan Aktivis Menolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, di Kompleks Bumi Asri C3, Legamas, Perdatam Pancoran, Jakarta, Minggu (24/10).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Soeharto itu yang dianggap penjahat atau pengkhianat bangsa dengan praktek KKN yang dilakukannya, tetapi kalau akhirnya jadi pahlawan nasional berarti dia dianggap orang yang berjasa untuk negara ini, kan aneh ini,” lanjut Ray.

Tidak hanya itu, di mata Ray dan teman-teman aktivis 98, sosok Soeharto hampir luput dari catatan positif. “Di bidang ekonomi dia juga melakukan kejahatan berat, dia juga diduga melakukan pelanggran HAM berat, sangat korup,” tegas Ray.

Reformasi saat ini sudah jauh lebih baik untuk Indonesia. Banyaknya lambaga tinggi negera yang bermunculan seperti Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, dan Komisi Pemberantasan Korupsi, merupakan buah keberhasilan dari penggulingan rezim yang berkuasa selama 32 tahun itu.

“Apa yang ada saat ini ada merupakan hasil dari lengsernya Soeharto. Adanya pergantian presiden mulai dari BJ Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY ini kan juga karena Soeharto dilengserkan. Banyaknya partai politik yang sekarang ada juga merupakan antitesa dari digulingkannya rezim Soeharto, artinya kalau Soeharto tidak dilengserkan mungkin kita masih menganut sistem Orde Baru,” ucap Ray.

Pemberian gelar seperti itu mencederai hati masyarakat yang berjuang demi perubahan Indonesia ini. “Apa ini berarti tindakan kita yang menggulingkan Soeharto adalah salah?” gugat Ray.

Sebelumnya diberitakan, pemerintah sudah menyaring 10 nama calon Pahlawan Nasional. Mereka adalah Ali Sadikin dari Jawa Barat, Habib Sayid Al Jufrie dari Sulteng, HM Soeharto dari Jawa Tengah, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dari Jawa Timur.

Selanjutnya Andi Depu dari Sulawesi Barat, Johanes Leimena dari Maluku, Abraham Dimara dari Papua, Andi Makkasau dari Sulawesi Selatan, Pakubuwono X dari Jawa Tengah, dan Sanusi dari Jawa Barat.

dtc/tya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya