SOLOPOS.COM - Festival Tunas Bahasa Ibu yang digelar di SMP 3 Mojosongo Boyolali, pada Kamis, (20/10/2022). (Istimewa/Diskominfo)

Solopos.com, BOYOLALI — Gerakan literasi telah dicanangkan di lingkungan instansi pendidikan Kabupaten Boyolali sejak 2016. Pencanangan gerakan literasi pada saat itu dihadiri langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Boyolali, Darmanto mendukung gerakan literasi di Boyolali dengan menggelar berbagai lomba dan festival, serta memberi ruang kreativitas bagi sekolah untuk meningkatkan literasi siswa.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Darmanto menjelaskan salah satu upaya meningkatkan dan memotivasi anak-anak dalam berliterasi dilakukan dengan mengadakan lomba atau festival, salah satunya melalui Festival Tunas Bahasa Ibu yang diikuti oleh siswa tingkat SMP di Kabupaten Boyolali, pada Kamis (20/10/2022).

Darmanto mengatakan Festival Tunas Bahasa Ibu diadakan untuk melestarikan kebudayaan, sekaligus sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan literasi siswa terhadap bahasa dan sastra jawa.

“Kebijakan kurikulum Merdeka Belajar Jilid 17 menerangkan revitalisasi bahasa daerah perlu mendapatkan perhatian. Terlebih, Indonesia menjadi negara terbesar kedua yang memiliki kekayaan bahasa yang merupakan warisan tak benda,” jelas Darmanto dalam rilis Diskominfo, Kamis (20/10/2022).

Baca juga: Disarpus Sukoharjo akan Gelar Pemilihan Duta Baca, Ini Kriterianya

Lebih lanjut, gerakan literasi yang dilaksanakan di sekolah pada umumnya diserahkan kepada masing-masing sekolah sesuai kreativitas para guru.

“Ada yang [melaksanakan] pagi sebelum masuk kegiatan belajar mengajar. Itu bisa 15 menit, 30 menit untuk literasi, jadi bermacam-macam dan berbagai cara,” ucap Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, Darmanto kepada Solopos.com pada Rabu (19/10/2022) di acara Porseniwas.

Darmanto mengatakan kemampuan atau kompetensi literasi siswa itu menjadi salah satu indikator utama kinerja pendidikan.

“Indikator utama kinerja pendidikan itu selain perilaku terpuji, bagaimana profil pelajar pancasila yang beriman dan bertakwa, yang berbhineka tunggal ika global,” kata dia.

“Artinya berpijak di bumi Indonesia untuk menatap dunia. Gotong royong, mandiri, kreatif, inovatif, kritis, itu kan profil pelajar Pancasila. Indikator berikutnya itu kemampuan atau kompetensi literasi dan kompetensi numerasi, jadi semua kegiatan berfokus dan mengarahnya ke situ,” ucap dia kepada Solopos.com.

Baca juga: SMAIT Al Huda Wonogiri Dukung Gerakan Literasi Sekolah

Terpisah, Ketua Panitia Festival Tunas Bahasa Ibu, Sartono mengatakan terdapat enam cabang yang diperlombakan dalam Festival Tunas Bahasa Ibu. “Di antaranya menulis geguritan, nembang atau menyanyikan lagu macapat, pidato, membaca aksara jawa, melukis dan karawitan,” katanya.

Dijelaskan lebih rinci, cabang lomba menulis geguritan diikuti oleh 46 peserta, cabang lomba membaca aksara jawa diikuti oleh 49 peserta, cabang lomba tembang macapat ada 53 peserta, cabang lomba pidato ada 50 peserta.

Ada pula 60 peserta yang mengikuti cabang lomba melukis dan cabang lomba karawitan yang diikuti oleh tujuh kelompok. Sehingga total ada 258 peserta dan tujuh kelompok yang berasal dari SMP se-Kabupaten Boyolali.

Terdapat tiga tempat yang digunakan untuk menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu, yakni di SMP Negeri 3 Mojosongo, pemandian Umbul Pengging, dan ketiga di Museum R. Hamong Wardoyo untuk cabang lomba karawitan.

Baca juga: Waduh, Indeks Literasi Jateng Masuk 10 Besar Terendah di Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya