SOLOPOS.COM - ilustrasi GERD (Freepik)

Solopos.com, SOLO-- Anda masih tergolong usia muda namun sering merasakan nyeri di dada? Anda mungkin khawatir jika Anda mengalami penyakit jantung. Namun ternyata anggapan ini tak selalu benar. Bisa saja itu tandanya  Anda mengalami GERD.

"Kalau kejadiannya [nyeri dadi] dialamai orang di atas usia 40 tahun mungkin ada faktor yang spesifik [seperti] ada faktor risiko penyakit gula, kencing manis, hipertensi. Mungkin kita akan lebih terarah, ohh hati-hati jantung," ujar salah satu dokter RS Idriati Solo Baru, dr. Didit Vovianto SpPD. FINASIM dalam keterangaannya di chanel Youtube SoloposTV belum lama ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tetapi, lanjut Didit, nyeri dada yang dialami orang usia muda tak selalu merupakan gejala penyakit jantung. "Salah satu yang dikeluhkan pada usia muda adalah karena GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease. Jadi ada salah satu terminologi gejala nyeri dada tapi bukan penyakit jantung,"ujar Didit.

Baca Juga: Kreatif, Warga Sepat Sragen Kampanyekan 5M Melalui Kerajinan Keset

Ekspedisi Mudik 2024

Didit menjelaskan GERD adalah suatu kondisi di mana ada material di dalam lambung kita mengalami  refluks atau naik ke atas. Akibat material yang naik ke atas tadi akhirnya menimbulkan kerusakan di sekitar jaringan kerongkongan. Hal inilah yang menimbulkan rasa tidak nyaman di dada.

"Kalau secara klinis bisa dikatakan sebagai heart burn (rasa panas di dada). Rasa panas di dada ini variasinya diterjemahkan bisa macam-macam, ada yang rasa panas, rasa nyeri, ada yang nyerinya sampai tangan. Sehingga typical-nya mirip seperti [gejala] kelainan jantung. Ini yang membuat kita harus hati-hati," ujar Didit.

Tetapi, lanjut Didit, orang yang mengalami gejala ini sebaiknya tidak panik. Apalagi bagi mereka yang masih usia muda. Idealnya, salah satu alat untuk memastikan apakah kita mengalami GERD atau tidak adalah endoskopi.

Baca Juga: Langkah-Langkah Yang Harus Dilakukan Saat Mobil Terendam Banjir

"Memang tidak semua kasus GERD harus diperiksa dengan alat endoskopi. Tetapi ketika kita sudah memberikan pengobatan, terapi medis sesuai protokol GERD tapi belum berkurang, maka salah satunya yang harus kita kerjakan adalah endoskopi,"ujar Didit.

Dikutip dari Bisnis.com, Minggu (21/2/2021), ada sejumlah faktor yang dapat menyebabkan GERD antara lain pola makan. Beberapa makanan dan minuman seperti coklat, gorengan, makanan berlemak, atau minuman beralkohol. Selain itu kebiasaan merokok, faktor obesitas, hingga kehamilan juga bisa menjadi pemicu GERD.

Penanganan GERD

Penanganan GERD dapat dilakukan dengan melakukan perubahan pola makan. Makanan yang sebaiknya dihindari para penderita GERD adalah cokelat, makanan berlemak, kafein, dan minuman beralkohol jus dan buah jeruk, produk tomat, dan lada.

Baca Juga: Bisa Serang Siapa Pun, Begini Cara Mengatasi Burnout

Mengurangi porsi makan dan makan lebih sering dapat membantu mengontrol gejala. Makan makanan paling lambat 2 sampai 3 jam sebelum makan dapat meringankan refluks karena membiarkan asam lambung berkurang dan pengosongan perut terjadi secara bertahap.

Selain itu ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi GERD, antara lain menurunkan berat badan pada pasien, menghindari rokok, tidak menggunakan pakaian atau ikat pinggang yang terlalu ketat.

Bila perlu segeralah konsultasi ke dokter untuk mendapatkan rekomendasi pengobatan bagi pasien GERD dengan gejala berat dan kronik atau tidak berkurang dengan pengobatan mungkin membutuhkan evaluasi diagnosis lebih lanjut. Dokter biasanya akan menggunakan berbagai tes dan prosedur untuk memeriksa pasien seperti esophagram, manometri esofagus, monitor pH, endoskopi, dan biopsi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya