SOLOPOS.COM - Anak SMP di Cirebon dikeroyok temannya. (Istimewa/Youtube)

Video tersebut menampilkan anak berseragam sekolah menghajar temannya tanpa ampun.

Solopos.com, CIREBON – Video anak berseragam sekolah menghajar temannya tanpa ampun beredar di media sosial. Penganiayaan tersebut dilakukan pelajar SMP di Cirebon kepada teman dekatnya atas dasar tuduhan pengkhianatan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Awal mula video penganiayaan itu viral karena perekam video yang juga salah satu teman pelaku mengunggah video tersebut di laman Youtube. Akun Facebook Woy Ririe mengunggah ulang video tersebut seraya mengungkapkan kekesalannya pada anak sekolah zaman sekarang.

“Memalukan, kecil-kecil udah berani keroyokan macam preman jalanan. Muak lihat anak-anak sekolah model begini,” tulis akun Woy Riri. Akun tersebut juga menyebut nama sekolah yang diduga tempat para pelaku menimba ilmu.

Dalam video berdurasi dua menitan itu nampak korban di bawa ke pinggir sebuah bendungan. Korban sempat menjelaskan dengan bahasa daerah Cirebon, namun pelaku tidak menggubris dan menendang wajah korban. Tendangan dilakukan beberapa kali, dua pelaku lain ikut mendekat dan memukuli kepala korban.

Dilansir Liputan6.com, Rabu (5/4/2017), anak-anak berseragam yang melakukan penganiayaan berasal dari SMP Negeri 1 Suranenggala, Kabupaten Cirebon. Hal itu diakui oleh kepala sekolah Andriati.

“Kami sangat menyesalkan aksi yang dilakukan siswa kami, apalagi sudah tersebar melalui media sosial [medsos]. Banyak juga yang membagikan video ke medsos lain sampai kami mendapat respons negatif dari netizen,” ucap Andrianti seperti dikutip liputan6.com.

Berdasarkan keterangan Andriati pengeroyokan terjadi pada 29 Maret 2017 di Bendungan Karet Desa Bedulan, Kabupaten Cirebon. Ada lima siswa SMP Negeri 1 Suranenggala, menganiaya teman mereka yang bersekolah di SMP Negeri 3 Gunungjati.

Disebutkan Bagian kesiswaan SMP Negeri 1 Suranenggala, Didin Maulidin, pelaku ada lima siswa. Mereka antara lain, IR, SU, WN, BM, dan AD, sedangkan korban berinisial RO. Semua masih berusia 16 tahun.  BM tidak melakukan penganiayaan karena merekam video.

“Mereka itu bersahabat, antara korban dan pelaku teman bermain. Tapi belakangan RO dianggap sebagai pengkhianat karena saat itu korban dinilai lebih suka bermain dengan sekolah lain,” jelas Andrianti.

Andrianti menambahkan, melalui mediasi yang difasilitasi pihak sekolah dan jajaran Polsek Kapetakan, Kabupaten Cirebon, kedua pihak bersepakat damai. Keluarga masing-masing bocah sepakat berdamai dan akan mengawasi anak-anak mereka lebih ketat.

Meski sudah dinyatakan damai, pihak sekolah sedang mendiskusikan sanksi yang tepat untuk para pelaku. Hal ini perlu dilakukan karena kelima pelaku merupakan siswa kelas IX dan sedang bersiap menghadapi Ujian Nasional (UN).

“Orang tua masing-masing siswa sudah dipanggil dan diminta memberi perhatian khusus. Apalagi pelaku mau UN. Kami juga tengah mempertimbangkan sanksi apa yang pantas untuk mereka agar jera, tapi tidak mengganggu persiapan UN,” tegas Andriati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya