SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Tidak selamanya ruang perpustakaan sekolah membuat siswa merasa nyaman di dalamnya. Perpustakaan sekolah di SD Sumberjo, Desa Nglipar, Kecamatan Nglipar dalam kondisi memprihatinkan karena bangunannya dinilai tak lagi layak.

Ruang perpustakaan itu ada sejak puluhan tahun lalu. Pada awalnya, ruang itu adalah tempat tinggal para guru yang nglaju dari Jogja. Namun, fungsinya lalu ditambah sebagai tempat menyimpan bahan bacaan bagi siswa SD Sumberjo.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Perpustakaan itu hanya memiliki koleksi sebanyak 232 buku fiksi dan 309 buku non-fiksi. Buku itu disimpan di dua lemari dan penyusunannya diatur seadanya. Tumpukan koran bekas juga mengisi lemari tersebut.

Petugas perpustakaan, Supatmi, mengatakan para siswa tidak berani berlama-lama di dalam gedung itu karena khawatir terjadi kecelakaan.

“Bangunannya belum pernah direhabilitasi sejak gempa [pada 2006] dulu,” kata Supatmi kepada Harian Jogja, belum lama ini.

Dinding-dinding ruang perpustakaan itu memang tampak retak. Sepetak eternit juga telah jebol sehingga bagian dalam genting terlihat jelas. Kayu-kayu penyangga terlihat rapuh.

“Kami takut kalau ada gempa,” katanya.

Ruangan perpustakaan itu tidak memiliki tempat duduk yang nyaman bagi para siswa untuk membaca buku. Ruangan itu bahkan harus berbagai tempat dengan ruang unit kesehatan sekolah, ruang ibadah dan ruang keamanan yang berada dalam satu gedung.

“Sebenarnya minat baca siswa lumayan tinggi, tapi kondisi perpustakaanya seperti ini,” kata Supatmi. Dia mengatakan untuk menyegarkan bahan bacaan siswa-siswi, Supatmi meminjam buku secara kolektif dari Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah (KPAD) Gunungkidul di Wonosari.

Buku yang berjumlah sekitar 50 sampai 100 buah itu lalu dipinjamkan kepada para siswa. Sejumlah pegawai sekolah yang ikut menengok kondisi perpustakaan juga geleng-geleng kepala menyatakan keprihatinannya.

SD Sumberjo memang terletak “agak dalam” di Kecamatan Nglipar. Untuk mencapai sekolah ini, kendaraan bermotor harus melewati jalan tak beraspal corblok dan jalan bebatuan. Kepala SD Sumberjo Midodo Basuki mengatakan perpustakaan di sekolahnya perlu perhatian pemerintah.

“Mau bangun perpustakaan baru kami tidak punya tanahnya,” kata Midodo.

Dia mengakui siswa takut berlama-lama berada di dalam ruangan perpustakaan itu karena khawatir runtuh apabila terjadi gempa. Jebolnya eternit telah menambah kesan memprihatinkan dari ruangan tersebut.

Salah satu ruangan di dalam gedung itu adalah ruang ibadah. Pengelola sekolah sampai menempelkan tulisan peringatan:  Tutup Pintu Selesai Sholat! Banyak Kodok. Midodo mengatakan perpustakaan merupakan ruang penting bagi pendidikan anak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya