GEDHADHE DAB: Surabayanya Mana?

ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Hengki Irawan)

Jon Koplo ditugaskan mengikuti sebuah pelatihan di Surabaya, kota yang sama sekali belum pernah ia kunjungi. Namun karena tugas kantor dan insentifnya lumayan, PNS muda sebuah instansi di Solo ini pun bersedia. Apalagi alamatnya cetha wela-wela, bahkan alternatif kendaraan umum dari Terminal Surabaya ke lokasi juga gampang. Taksi tinggal telepon, atau mbecak paling lima ribu diantar sampai alamat tujuan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari Terminal Tirtonadi, berangkatlah Koplo naik bus suroboyoan malam hari karena pelatihan akan diadakan esok paginya. Selama perjalanan Koplo memilih untuk tidur di dalam bus. Mungkin saking capeknya, setelah mbayar karcis Koplo pun langsung tidur nglempus.

Entah berapa lama Koplo tidur. Yang jelas tiba-tiba saja ia terbangun ketika kondektur bus berteriak,”Suroboyo… Suroboyo… Suroboyo…!!!”

Mak gregah, Koplo bangun. sambil kucek-kucek mata ia segera nyaut tas dan berjalan menuju pintu bus. “Kiri Pak!” teriaknya.

Begitu Koplo turun, bruuurrr… bus pun meninggalkannya. Koplo lalu tolah-toleh kebingungan. “Kok sepi?” batinnya.

Tak lama ia dihampiri seorang tukang becak, sebut saja Tom Gembus.

“Mangga, Mas, Mbecak mawon. Tindak pundi?”

“Niki Pak, alamate. Biyasane limang ewu!” kata Koplo sajak mudheng sambil membacakan alamatnya.

Tom Gembus malah kaget, lalu ketawa, “Eaalah, isok mati aku mbecak tekan Suroboyo. Apa maneh mung dibayar limang ewu.”

“Lho, piye ta?” tanya Koplo bingung.

“Mas, Suroboyo iku isik sak jam maneh ngebis seka kene...”

“Lha mau kondhekture kok wis bengak-bengok “Suroboyo-Suroboyo”?”

“Iku mau lagi nggolek penumpang Mas, buat diangkut ke Surabaya,” jelas Gembus. Koplo hanya bisa kukur-kukur kisinan, lalu nyegat bus berikutnya untuk meneruskan perjalanan.

Dikirimkan ke JIBI/SOLOPOS

Oleh Rianna Wati

Kadipiro RT 06/RW 04 Banjarsari, Solo