SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi
John Koplo memiliki anak, Den Baguse yang baru saja naik kelas 3 SD. Saat proses pengambilan raport Den Baguse pada akhir ajaran baru beberapa hari yang lalu, John Koplo dikejutkan dengan nilai anak semata wayangnya yang jeblok alias menurun begitu drastis dari tahun sebelumnya.
John Koplo, sebagai orangtua merasa kurang puas dengan hasil nilai akhir Den Baguse, terutama nilai matematikanya yang 5.
“Nak, terus terang ayah begitu kecewa, malu dengan nilai adek, yang merosot drastis,” celetuk John Koplo.
“Iya pak, adek berjanji akan memperbaiki nilai adek saat kelas 6 nanti,” sahut Den Baguse sambil sesenggukan akibat takut kena marah ayahnya.
“Iya pak, adek berjanji akan memperbaiki nilai adek saat kelas 6 nanti,” sahut Den Baguse sambil sesenggukan akibat takut kena marah ayahnya.
Setibanya di rumah, Den Baguse masih menangis. “Kenapa anakmu baru pulang sekolah sudah menangis….?” sambut Tom Gembus kakek Den Baguse yang kebetulan baru datang dari kampung untuk menengok cucu kesayangannya.
“Ini lhoo mbah, dapet matematika lima, tak seseni malah nangis,” jawab John Koplo setengah kesal.
“Yo wess… di mana yang jual jajan matematika, nanti tak beliin simbah yang banyak,” rayu Tom Gembus menenangkan cucunya. Den Baguse yang tengah menangis, tertawa seketika setelah mendengar mau dibelikan jajanan matematika.
“Mbaaah…matematika itu bukan jajanan,” jelas Den Baguse balik tertawa setelah menangis. “Lhaa terus opo lee,,,??” tanya simbah penasaran. “Matematika itu pelajaran mbah, bukan jajanan,” jelas si cucu.
“Halaah…yo wes…cup…cup jangan nangis lagi, dulu simbah tidak sekolah, tapi yo tetep bisa makan,” imbuh simbah menenangkan Den Baguse.
Tri Haryanto
Kebumen