Mas Behi dan Den Baguse adalah sohib yang kental. Mereka juga punya kegemaran makan kambing. Sejumlah warung yang menyediakan makanan berbau kambing sudah pernah dicoba keduanya baik sate, gule, nasi goreng hingga sop kaki kambing.
Suatu ketika, Mas Behi ngajak Den Baguse ke warung kambing di dekat pasar di pusat Kota Jogja. “Katanya masakannya enak, ayo kita coba Den,” kata Mas Behi.
Den Baguse langsung mengiyakan permintaan sohibnya itu.
Singkat cerita keduanya langsung naik sepeda motor menuju warung tersebut. Saat mereka datang warung begitu ramai. Keduanya memilih lesehan saja karena di bangku warung sudah banyak terisi pengunjung.
Singkat cerita keduanya langsung naik sepeda motor menuju warung tersebut. Saat mereka datang warung begitu ramai. Keduanya memilih lesehan saja karena di bangku warung sudah banyak terisi pengunjung.
Sebelum duduk, Mas Behi pesan kepada Lady Cempluk yang sedang mengipasi sate. “Saya pesen tengkleng dua ya mbak, dan es teh dua,” kata Mas Behi.
“Iya mas,” kata Lady Cempluk.
Lima belas menit kemudian, John Koplo datang lagi. “Mas tadi pesannya apa ya?” katanya.
”Lho saya tadi dah bilang Mbak nya, pesen tengkleng dua,” ungkap Mas Behi yang mulai agak tersinggung karena sudah sangat lapar.
Setelah itu John Koplo balik lagi ke warungnya. Lima menit kemudian John Koplo datang lagi. “Wah mas di sini ndak jual tengkleng, adanya gule dan sate,” jelasnya.
“Lho piye tho, lha neng spanduk ada tulisane tengkleng,” kata Mas Behi.
“Oooo itu dah dulu, sekarang dah nggak jual,” kata John Koplo tanpa merasa bersalah.
“Olalah Den, piye ki, ya sudah pesen sate dua saja,” kata Mas Behi dongkol karena bertambah lapar.
Febriana
Depok