Meski sudah lanjut usia, Mbah Janeth warga kampung Sapen masih kelihatan segar bugar. Namun, satu hari Mbah Jeneth sambat badannya kurang enak. Mbah Janeth juga sambat kalau kepalanya pusing alias cenat-cenut.
Keessokan harinnya. Mbah Janeth pun meminta cucunya, Tom Gembus, untuk mengantarnya berobat ke Puskesmas di dekat rumahnya untuk cek atau berobat.
Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo
Tiba di Puskesmas, Gambus dan Mbah Jeneth mendaftar dan antre menunggu giliran. Tak lama kemudian. Tibalah saat, giliran Mbah Janeth diperiksa.
“ Berikutnya, Mbah Janeth!” teriak petugas memanggil pasien di puskesmas. Tom Gembus pun menemani eyangnya masuk ke ruang pemeriksaan.
”Silakan Mbah, monggo. Ada keluhan apa, Mbah?” sambut Bu Dokter Lady Cempluk. ”Niki lhe, Bu Dokter, awak kula radi nggregesi, badannya kurang enak, kepala pusing alias cenat- cenut terus,” jawab Mbah Janeth
”Oh, kalau begitu saya periksa dulu, njih?” dokter Lady pun segera memeriksa. Setelah memeriksa Mbah Janeth, Bu Dokter Lady mulai menulis resep.”Njenegan gadah darah tinggi nggih mbah?” tanya Lady Cempluk sambil tetap menulis resep.
Dengan polosnya, Mbah Janeth menjawab, ”Oh, mboten Bu. Kulo niku bapakke wong tani, sanes pejabat nopo turunan bangaswan alias raja?”
Mendengar jawaban Mbah Janeth itu, dokter Lady Cempluk pun bingung. Tom Gembus pun juga bingung dengan jawaban si mbahnya. Akhirnya. Tom Gembus bertanya pada neneknya Mbah Janeth, ”Mbah, sing dimaksud Bu Dokter niku panjenengan kagungan penyakit darah tinggi, kok malah njawab gitu. Maksude apa?.” celetuk Tom Gembus.
”Ooo… tak kiro nek bu dokter takon opo darahku iku biru alias keturunan bangsawan,” jawab Mbah Janeth sambil klecam-klecem kisinan.
Lady Cemplukpun ngampet ngguyu, disambut ketawa juga oleh Tom Gembus.
Nailur Rahma
Sapen.