SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Setiap tahun ajaran baru, Jon Koplo dan Tom Gembus, guru SMA swasta di Solo ini selalu kemekelen kalau teringat peristiwa ijolan klambi yang terjadi pada 2011 lalu. Waktu itu di sekolah mereka ada pembagian jatah kain untuk dibuat pakaian seragam harian (PSH) model safari.

Karena tidak mudheng tempat jahitan, Jon Koplo bertanya kepada Tom Gembus di mana tukang jahit yang bagus tapi murah. Oleh Tom Gembus, Jon Koplo langsung diajak ke tukang jahit di Solo, di mana rekan-rekan guru biasanya juga menjahitkan pakaian mereka di situ. Mereka berdua diukur-ukur baju dan celana.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Sesuai waktu yang dijanjikan oleh penjahit, Koplo pun ngibrit sendirian untuk ambil PSH-nya. Sesampai di tukang jahit, tanpa perlu njajal, Koplo langsung membayar ongkos jahit dan membawa pulang jahitannya.

Di rumah, Koplo berniat mencoba baju seragam barunya. “PSH anyar, mesti penampilannya tambah oke,” batin sambil mesam-mesem sendiri.

Tapi tiba-tiba mak tratap, Koplo kaget. Ternyata baju yang dipakainya kamplung alias kebesaran. Tanpa basa-basi, ia langsung tancap gas, kembali ke tukang jahit untuk komplain. Ternyata sampai di sana ada Tom Gembus yang juga komplain karena bajunya ngampret alias kekecilan.

Rupanya sumber permasalahan terletak pada si tukang jahit yang keliru memberikan hasil jahitan. Seharusnya jatah Tom Gembus yang bodinya diberikan kepada Jon Koplo yang badannya kecil. Alhasil, setelah dicoba Gembus kelihatan seksi karena ketok wudele, sementara Koplo kaya memedi sawah karena bajunya kegedean.

Dikirimkan ke JIBI/SOLOPOS

Oleh FX Triyas Hadi Prihantoro

SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Solo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya